Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi Muda dan Lansia: Generasi Pengharapan - Katekese Agustus 2025

29 Juli 2025   09:45 Diperbarui: 29 Juli 2025   09:43 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Katekese Agustus 2025 - Kaum Muda dan Lansia: Generaso Pengharapam/Dok Pribadi)

Pengantar

Saudara-saudari umat beriman yang terkasih dalam Kristus,

Kita memasuki bulan Agustus dengan semangat dan harapan baru. Di tengah perayaan kemerdekaan bangsa, Gereja juga mengajak kita merenungkan kemerdekaan rohani: kebebasan dalam kasih, iman, dan harapan. Tema bulan ini, “Kaum Muda dan Lansia: Generasi Pengharapan,” membawa kita pada permenungan mendalam tentang pewarisan iman antar generasi.

Paus Fransiskus dalam Spes Non Confundit menyatakan bahwa kaum muda adalah tanda harapan karena semangat dan potensi mereka untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, sementara para lansia dihargai atas kebijaksanaan dan pengalaman hidup mereka. Dua generasi ini bukan dua kutub yang berseberangan, melainkan dua tangan yang saling menggenggam dalam karya keselamatan Allah di dunia.

Sebagaimana tertulis dalam Mazmur 145:4, “Angkatan demi angkatan akan memasyhurkan pekerjaan-Mu,” kita diingatkan bahwa iman bukan sekadar pengalaman pribadi, tetapi juga warisan yang hidup, yang disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Harapan tumbuh ketika iman diteruskan, bukan dibekukan dalam tradisi, tetapi dihidupi dalam semangat zaman.

Firman Tuhan meneguhkan kita dalam harapan ini. 

Dalam 2 Timotius 1:5-10, Rasul Paulus menulis kepada Timotius,

Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah. Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.

Inilah gambaran sempurna pewarisan iman yang melahirkan pengharapan baru. Iman sang nenek dan ibu menjadi akar yang kuat bagi Timotius untuk bertumbuh dalam pelayanan.

Maka, marilah kita membuka hati dan pikiran untuk menyelami katekese ini: menelusuri perjumpaan yang membangun antara generasi, menggali kekayaan iman dari para lansia, dan menyambut semangat pembaruan dari kaum muda. Semoga melalui permenungan ini, kita semakin memahami bahwa dalam Kristus, harapan tidak mengenal usia.

Katekese Pendalaman Iman

Harapan adalah nafas kehidupan rohani. Ia bukan optimisme kosong, melainkan kepercayaan yang kokoh pada kasih Allah yang tidak mengecewakan (lih. Rm 5:5). Dalam kehidupan beriman, harapan menjadi jembatan antara iman yang diwariskan dan cinta yang diwujudkan. Kaum muda dan lansia, dalam cara yang unik, menjadi wajah nyata dari harapan ini.

Kaum muda, sebagaimana ditegaskan dalam Spes Non Confundit artikel 12, sering kali menjadi simbol masa depan. Energi mereka, idealisme mereka, dan semangat mereka untuk terlibat dalam perubahan sosial adalah karunia yang patut disambut dan didampingi. Tetapi semangat itu memerlukan akar. Akar itu ditemukan dalam relasi yang hidup dengan para lansia – mereka yang telah melewati gelombang zaman dan tetap teguh dalam iman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun