Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Teng! Teng! Teng!

9 Maret 2023   09:18 Diperbarui: 9 Maret 2023   09:22 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teng! Teng! Teng!
Itu bukan bunyi bel sekolah
Teng! Teng! Teng!
Juga bukan bunyi bel sepeda

Suara yang mengalun tiap malam
Di depan rumah yang temaram
Di atas pukul sepuluh malam
Bunyi mangkuk yang dipukul sendok

Teng! Teng! Teng!
Tiga kali lalu jeda begitu seterusnya
Tanpa suara tanpa kata manusia
Hanya bunyi pukulan saja

Bersama sosok lelaki membawa pikulan
Jalannya melenggok
Seirama dengan beban di bahunya
Seimbang kiri dan kanannya

Teng! Teng! Teng!
Berapa jauh dia berjalan kaki
Berharap ada yang membeli
Kuah hangat campur roti

Teng! Teng! Teng!
Saat lelah harus berhenti
Saat hujan mesti berteduh
Di pinggir jalan atau di emper rumah

Berteman hembusan rokok
Juga segelas kopi yang menemani
Meniti jalan selangkah demi selangkah
Di gang-gang rumah menanti pembeli
Mengais rejeki demi sang buah hati

Irisan roti
Butir-butir mochi
Rajangan kacang sangrai
Biji mutiara jeli
Kolang-kaling pucat pasi
Air jahe panas manis yang disaji

Teng! Teng! Teng!
Sekoteng
Hangat di perut nyaman di hati
Walau mungkin sudah tak banyak lagi
Penjual dan pembeli yang tidak pasti
Semoga rejeki selalu diberi
Dalam hidup yang dirahmati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun