Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Setelah Kayu Bakar dan Minyak Tanah Hilang, Akankah Elpiji Menyusul?

8 Januari 2022   14:04 Diperbarui: 8 Januari 2022   14:12 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Harga elpiji nonsubsidi naik | Foto: kompas.com

Hal itu menyebabkan minyak tanah dan kompor sumbu hilang di pasaran. Tabung gas berwarna biru ukuran 12 kilogram mulai familiar di banyak keluarga di sini. Kemudian tabung gas hijau alias tabung melon ukuran 3 kilogram diproduksi secara besar-besaran untuk mengganti minyak tanah di pasaran.

Tak ada lagi teriakan abang-abang yang menjajakan minyak tanah di jalan atau di gang-gang. Tak ada lagi kerumunan ibu-ibu yang membawa derigen dan botol untuk diisi minyak tanah. Tak bisa lagi membeli minyak tanah eceran satu liter atau bahkan setengah liter untuk menyalakan lampu petromak misalnya.

Satu tabung gas melon menjadi perabotan yang setidaknya harus dimiliki tiap rumah tangga selain kompor gas keluaran pabrik. Gas melon adalah bahan bakar gas yang disubsidi pemerintah untuk masyarakat kecil. Gas melon juga menjadi andalan warung dan pemilik usaha kecil menengah.

Lima belas tahun berjalan, masyarakat sudah tergantung dengan elpiji sebagai bahan bakar rumah tangga meskipun sebagian urusan masak memasak sudah terbagi dengan penggunaan listrik. Pekerjaan memasak nasi, air, dan beberapa lainnya sudah banyak yang menggunakan peralatan listrik.

Sialnya listrik pun adalah sumber energi yang rentan kenaikan harga akibat bahan dasarnya masih menggunakan batu bara, hasil sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Ketergantungan akan batu bara sedangkan pasokan akan semakin menipis, harga jual lah yang akan terkerek naik sebagai konsekuensinya.

Meskipun pemerintah membuat kebijakan subsidi untuk listrik dan gas (bahan bakar) tetap saja hanya untuk masyarakat yang dianggap miskin. Itu pun jumlahnya akan terus dikurangi seiring dengan penggunaan subsidi hanya diberikan pada rumah 450 VA sebesar 50% dan 900 VA sebesar 25%, yang makin sedikit jumlahnya. PLN sendiri lebih melayani pemasangan di 1.300 VA untuk rumah yang akan pasang baru.

Seorang pemilik rumah kontrakan yang akan memasang listrik untuk 10 petak, disarankan menggunakan masing-masing satu meteran listrik untuk satu petak dengan daya 1.300 VA dan sistem token alias prabayar bukan lagi tagihan. Dari sisi kemudahan jelas karena PLN menerima uang di muka, belum lagi hitungan harga dan pemakaian untuk 1.300 VA ke atas tentunya berbeda dengan 450 VA dan 900 VA yang bersubsidi.

Di sisi lain kebijakan penghentian ekspor batu bara mentah pun sedang mengalami polemik dengan adanya protes dari Jepang, Korsel, dan negara-negara Eropa. Kita yang punya barang, kita yang mau pakai karena jumlahnya akan makin menipis, tapi kita yang diprotes.

Elpiji merupakan energi yang lebih bersih untuk lingkungan dibanding minyak tanah selain cadangan ketersediaannya di negara ini lebih besar dibanding minyak tanah yang merupakan bagian dari hasil minyak bumi.

Sedangkan di sisi lain pengembangan energi lain seperti angin, arus laut, air, masih belum maksimal diusahakan. Sebagian menilai karena biaya produksi masih tinggi dan alasan-alasan lain.

Padahal ada teknologi energi yang lebih murah, bersih, dan berkesinambungan serta aman jika dijalankan dengan aturan ketat dan penuh kehati-hatian, yaitu teknologi nuklir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun