"Fran Lebowitz benar: Bacalah sebelum berpikir, pikirkan sebelum berbicara. Tapi hari ini, sepertinya kebanyakan orang lebih memilih berbicara dulu, berpikir kemudian, dan membaca kalau sempat." _Berdikari Book
Membaca itu ibarat seperti kebutuhan akan makanan. Seorang bayi akan makan makanan yang lembut dan cenderung cair, seperti susu, bubur, pisang yang dihaluskan dan lain sebagainya. Setelah masa balita, seorang anak sudah bisa memakan makanan yang lebih bertekstur. Memasuki usia lima ke atas mereka sudah bisa memakan daging dan makanan yang cenderung keras. Setelah dewasa mereka bahkan memilih daging setengah matang dan lain sebagainya. Pasar menangkap kebutuhan itu, perusahaan makanan tertentu dalam upaya marektingnya, memberi rekomendasi untuk mengkonsumsi produk mereka dengan batasan usia, biasanya di atas tujuh belas tahun.
Kembali pada kegiatan membaca. Kebutuhan bacaan usia dini hingga dewasa tentu dimulai dari bacaan ringan hingga kompleks. Anak-anak usia dua atau tiga tahun biasanya akan diperkenalkan dengan bacaan dengan gambar yang memenuhi halaman dan warna-warna cerah. Pada usia di tiga sampai empat tahun anak-anak baru bisa membaca kata dan frasa sederhana dengan bantuan orang tua.
Pada usia di atas tiga tahun anak sudah mampu membaca paragraf yang terdiri dari dua sampai tiga kalimat sederhana. Anak-anak pada usia balita biasa disebut pembaca awal dan pembaca semenjana. Buku-buku yang biasa dibaca pada anak usia ini adalah buku cerita bergambar (picture book), komik dan buku-buku lainnya yang didominasi ilustrasi dan warna-warni. Tema-tema yang cederung direkomendasikan dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak fase ini adalah tema-tema keindahan, dunia yang ideal dan kasih sayang seorang ibu. Baik itu duni manusia, flora maupun fauna. Anak-anak pra sekolah secara psikologi memiliki kelekatan terhadap orang tua, sehingga buku tentang kasih sayang seorang ibu, maupun kasih sayang induk binatang terhadap anaknya sangat direkomendsikan.
Pada usia SD anak-anak memiliki kebutuhan membaca yang lebih kompleks. Anak-anak SD biasanya sudah bisa memahami buku cerita seperti dongeng, legenda, fabel dan lain sebagainya. Pada fase ini anak-anak pun sudah mencari makna dari sebuah cerita. Pada fase ini anak-anak sudah belajar untuk membaca lebih teliti untuk memahami makna dan alur cerita secara menyeluruh. Pada fase ini anak-anak ini disebut sebagai pembaca madya. Tema-tema yang cenderung disukai anak-anak fase ini adalah tema persahabatan sesuai dengan psikologi mereka yang sedang senang menjalani hubungan pertemanan dan persahabatan.
Memasuki usia SMP, secara psikologi anak-anak sudah tertarik dengan lawan jenis. Anak-anak usia SMP sudah mampu membaca wacana yang lebih kompleks dan detail. Maka buku-buku yang cenderung dibaca usia ini adalah buku tentang kisah cinta. Dalam dunia sastra, buku-buku seperti ini tergolong ke dalam genre prosa. Prosa berarti sebuah cerita yang cenderung panjang, lengkap dengan plot dan konflik tokoh-tokohnya. Dalam prosa, ada satu jenis novel yakni novel teenlit. Novel ini biasa berkisah tentang remaja dan umumnya remaja putri dengan kisah asmara mereka. Novel-novel teenlit cenderung menggunakan bahasa dan alur yang mudah dipahami, namun kisahnya sangat menarik anak-anak yang sedang mengalami perkembangan secara emosi.
Pada masa SMA dan mahasiswa anak-anak masih menyukai cerita-cerita percintaan, namun kisahnya lebih mendalam (roman). Pada usia ini, mereka ingin menemukan arti yang lebih mendaam dan esensial dari kehidupan termasuk cinta. Pada fase SMA dan mahasiswa ini, mereka sudah mampu membaca secara analitis dan kritis. Bahkan mulai mencari bacaan-bacaan lain yang tidak sebagai hiburan semata melainkan sumber bacaan yang dapat dipakai untuk menyintesiskan pemikiran mereka secara lebih baik. Pada fase mahasiswa tingkat akhir, biasanya sudah dapat mengolah berbagai informasi, mengklasifikasikannya, mengabstraksi menjadi pola bahkan mengelaborasi berbagai informasi menjadi pengetahuan yang utuh dan sesuai bagi mereka (bagian dari pencarian jati diri).
Sebagai contoh kasus adalah pengalaman saya sendiri. Saya menyukai membaca secara inten sejak SMP. Waktu itu bacaan yang paling menghibur adalah komik-komik Detektif Conan, cerita silat, serta novel-novel percintaan karya Agnes Jessica dan Danielle Steel. Waktu memasuki SMA ada dua buku yang membuka 'cakrawala' saya mengenai literasi, yakni novel "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer dan buku berjudul "Catatan Seorang Demonstran" karya Soe Hok Gie. Dua buku ini memberi pesan, bahwa membaca tidak sekadar hiburan, tetapi mendapat pengetahuan dan berbagai perspektif. Sejak saat itu saya dengan penuh kesadaran membaca novel-novel terjemahan karya Paulo Coelho, John Steinbeck, Ernest Hemingway dan Jostein Gaarder. Bacaan-bacan itu tidak sekadar menghibur tetapi juga 'mendidik' tentang gaya bercerita, kalimat yang memncing imaji dan data yang diolah menjadi lebih puitis sehingga menciptakan efek keindahan. Selain karya sastra kebutuhan membaca saya tentu disesuaikan dengan kebutuhan perkuliahan.
Membaca sama halnya seperti kebutuhan kita akan makanan. Semakin dewasa kebutuhan bacaan kita jauh lebih komplek dan luas. Satu buku bagus selesai dibaca, ingin membaca buku yang lain lagi dan seterusnya. Saya selalu membayangkan dan selalu yakin bahwa kegiatan membaca dapat mengubah suatu masyarakat menjadi beradab. Dengan kata lain peradaban yang tinggi salah satu syaratnya adalah membaca.
Jika masyarat memiliki kesadaran bahwa membaca adalah kebutuhan, maka berkembanglah peradaban dan dunia akan menjadi lebih baik. Dengan membaca, mereka tidak sekadar mendapat informasi yang sudah teruji tetapi juga belajar untuk menata gagasan yang diterimanya dan memproses di dalam ingatannya menjadi pengetahuan yang utuh. Ketika seseorang sudah dapat memproses segala informasi dan pengetahuan dari bacaan, maka ia akan lebih bijak dalam berbicara, bersikap bahkan bertindak. Dengan informasi dan pengetahuan yang dimilikinya, ia secara tidak sadar telah belajar sesuatu yang amat penting, yakni mengenai persepektif atau keragaman cara pandang untuk melihat dunia dengan lebih utuh dan apa adanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI