Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Misteri Harapan

4 Juli 2020   17:50 Diperbarui: 4 Juli 2020   17:53 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi Charles Pguy, 'Le Porche du Mystre de la Deuxime Vertu' ('The Portal of the Mystery of Hope'), adalah sebuah lagu untuk menghormati harapan. Ditulis dalam sajak bebas dan menjadi mazmur yang dinyanyikan sang penyair kala merenungkan 'misteri' Harapan, kebajikan teologal kedua. 

Dalam puisi tersebut, Pguy menawarkan teologi harapan dalam bahasa non-teologis, dan memilih bahasa simbolis puisi. Pguy menulis puisi itu pada 1911, ketika bayang-bayang Perang Dunia I melanda Eropa. 

Tanpa berfilsafat, tanpa bermoralisasi, ia mengusulkan terapi radikal: harapan. Seperti para nabi, ia menemukan kehadiran Allah dalam pengalaman manusia yang konkret. Baginya, harapan mengalir dari penciptaan, di mana Tuhan berbicara, mengubah penderitaan menjadi belas kasih, kegagalan menjadi kreativitas, kesusahan menjadi kelembutan.

Cukup alami sang penyair melambangkan harapan, seperti halnya ia beriman dan beramal kasih. Yang menarik, dalam satu bagian puisi yang sangat pendek ia memberikan huruf kapital pada ketiga kebajikan teologal yang diberi karakter feminim: la foi (iman), l'esprance (harap), dan la charit (kasih). 

Pguy menyebut tiga kebajikan tersebut sebagai tiga saudari yang berjalan bersama sepanjang jalan berbatu yang kasar menuju keselamatan (le chemin raboteux du salut), jalan yang tak berujung (la route interminable). 

Di kala ketiganya berjalan, iman ada di satu sisi, amal di sisi lain, sementara di tengah adalah harapan yang hampir tersembunyi di balik rok kedua kakaknya.

Bagi Pguy, iman merupakan katedral yang dibangun di atas fondasi yang kuat, kokoh, klasik, terhormat, berlangsung selama berabad-abad. Iman itu tabah dan jujur--- wanita yang sudah menikah dengan kesetiaan yang tidak perlu dipertanyakan. Sikapnya ditandai kesungguhan. 

Adapun Kasih adalah rumah sakit, rumah sedekah yang mengumpulkan semua kesengsaraan dunia, menyambut yang terluka, yang sakit, yang sedih, yang tidak diinginkan. 

Kasih telah memberikan dirinya sendiri selama berabad-abad keberadaan manusia. Dia seorang ibu, penyayang, baik, dan lembut. Matanya bersinar dengan perhatian penuh, sementara tangannya terentang merangkul. Bahkan kasih tidak bisa melakukan sebaliknya.

Tapi bagaimana dengan harapan? Bagi Pguy, harapan adalah seorang anak, une petite fille de rien du tout, tidak bersalah, percaya, dan tidak berdaya. Dia tidak membawa beban yang berat---dia melompat riang di antara dua kakak perempuannya (iman dan kasih), gembira, dan tidak ada yang memperhatikannya. 

Setiap malam dia pergi tidur, tidur nyenyak dan bangun setiap pagi dengan segar dan ceria. Puisi Pguy dibuka dengan suara Tuhan yang mengatakan bahwa iman tidak mengejutkan Dia sedikit pun:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun