Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Haus!

17 Januari 2020   10:59 Diperbarui: 17 Januari 2020   11:03 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.claret.org/

"Mengapa kamu tidak berbicara banyak sewaktu makan?" tanya Krapf.

"Kalau semua bicara siapa yang mendengarkan."

"Bukan itu maksudku. Setidaknya kamu bicara barang sekata," Krapf menimpali.

"Aku hanya bermenung. Apa yang akan kukatakan esok saat jemaat berkumpul." kata Rebmann pelan dan murung.

"Kamu lihat, mereka memperlakukan kita seperti Raja."

"Benar, tapi kita makan seperti rumah kita sendiri," jawab Rebmann kesal.

"Apa maksudmu?" tanya Krapf tegas.

"Sudahlah! Beristirahatlah. Jangan lupa bangunkan aku besok."

"Hemm" Krapf hanya mendehem tak iklas.

Malam kian larut. Begitu gelap permukaan bumi dan di langit panorama bintang-bintang menjadi etalase agung galaksi. Di padang gurun yang luas, keindahan langit disulam cahaya aorora meliuk-liuk seperti lampu sorot pada tetaer Las Vegas-- memantulkan cahaya ular-ular yang merayap pelan dan licik tanpa suara menghirup urin di pasir bekas kaki pelancong. 

Di sudut yang lain, gemuruh ombak Segitiga Permuda melantunkan nyanyian pemberontakan, mengaburkan siluet-siluet batu karang yang jauh lebih tegar dari baja Menara.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun