Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Satpam Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta

9 Desember 2019   21:08 Diperbarui: 18 Desember 2019   00:34 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku sangat bahagia kala destinasi pengabdian sosial kami adalah Buddha Tzu Chi. Bukan karena ingin melihat Dewi Kesenian kota Jakarta, Monas. Melainkan memenuhi kerinduanku untuk berjumpa dengan hal-hal yang tidak biasanya, semisal berelasi dengan kolega yang budhis.

Mendengar nama Buddha Tzu Chi adalah bukan hal baru. Toh, senior-senior sebelumnya sempat berkisah. Kendati demikian, mungkin mengalaminya adalah pengalaman baru bagi setiap orang.

Buddha Tzu Chi adalah sebuah lembaga kemanusiaan dalam nuansa Taiwan yang masuk ke Indonesia pada tahun 1993. Mereka membantu dalam bidang kesehatan, pendidikan termasuk atensi intensif terhadap kebutuhan-kebutuhan kelompok nadir masyarakat. Termasuk di dalamnya korban bencana alam. Berawal dari tindakan kepedulian sederhana seorang Biksuni (Master Chen) dan ibu-ibu rumah tangga di Taiwan hingga bercabang ke seluruh dunia. Dengan kesaksian itu mereka membuktikan bahwa cinta kasih melampaui sebuah jarak teritorial dan menembusi setiap lapisan masyarakat yang ragam.

Pertanyaan yang timbul sebelum menjadi relawan di tempat itu adalah, bagaimana spiritualitas budhisme menjiwai sebuah lembaga kemanusiaan? Pasti orang-orangnya budhis semua, pikirku.

Gagasan ini sempat berubah, kala sewaktu menjadi relawan bukan hanya orang budhis yang kujumpai, namun juga Kristen, Islam, Katolik pun Buddha. Lantas bagaimana karisma Buddha menjiwai mereka yang non-budhis?

Berawal dari Satpam

Memasuki hari ke dua berada di Cengkareng, tepatnya di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Blok III, kami lalu dibagi ke area kerja. Saat itu adalah jadwal kami membantu di rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi. Dua temanku membantu di Ruang Rawat Inap, yang satunya di IGD--- dan aku sendiri bertugas sebagai satpam di Ruang Rawat Jalan. Tak ada teori yang diorientasikan selain hal praksis yang harus segera dilakukan. Itulah hari pertama bekerja bersama bang Irsyad dan Togu Tamba.

Selama beberapa hari bekerja, melihat mereka yang dengan ketulusan membuka pintu bagi para pasien atau siapa saja yang mau masuk-keluar Rumah Sakit, mendorong pasien yang menggunakan kursi roda, memberiku banyak pelajaran.

"lae ini sudah menjadi tugas kami," tutur Togu  satpam berdarah Batak.

Aku menyadari bahwa tindakan kecil mereka bukanlah kewajiban yang diamanatkan pihak Rumah Sakit, melainkan sebuah pelatihan kemanusiaan. Habitus.   

Pada suatu kesempatan kami para relawan membagi-bagikan teh hangat kepada para pasien. Gratis. Seusai pasien minum, mereka lalu menyerahkan gelas-gelas itu. Karena banyak yang tersisa, aku lalu mengumpulkannya sedikit demi sedikit di dalam satu gelas. Aku bergegas keluar menghantar gelas itu ke ruang Rawat Inap tempat ruangan para relawan berada. Sewaktu aku menumpahkan sisa teh tadi di tanah, para satpam langsung menertawakanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun