Hutan yang katanya nafas bagi semua pun seolah seperti buah simalakama karena selalu dihadapkan dengan situasi sulit dan dilema mendera.Â
Kita manusia yang tak jarang berkoar-koar selamatkan hutan alam ini, tetapi tak jarang pula dari sekian oknum kita justru mengatasnamakan kepentingan perut tetapi lupa akan keberlanjutan nafas dan generasi selanjutnya.Â
Bukankah kita sering melihat, serakah dan titah yang terkadang sudah semakin dirong-rong dokma mencengkram lalu mengabaikan adab hingga titah Sang Pencipta.Â
Sang Pencipta yang sejatinya menitipkan hutan alam ini sebagai sumber kehidupan hari ini hingga boleh kiranya berlanjut kiranya hingga selama-lamanya artinya memberi makna dalam kepada kita semua agar tidak pongah dan tamak serta serakah, karena hutan ala mini titipan yang seharusnya dijaga, dirawat dengan kebijaksanaan kita bukan dengan semaunya kita atau keegoan kita.
Hutan memberi sumber hidup berarti ia pula sejatinya sudah selayak dan sepantasnya kita jaga pula. Sebab apabila keutuhan Ciptaan ini terjaga sudah pasti ia akan selalu memberi tanpa pamrih. Hutan dan satwa sejatinya bisa hidup tanpa manusia. Tetapi apakah kita manusia bisa hidup tanpa hutan tropis ini?
Tentang hutan pun juga mengingatkan peran kita semua, apa yang bisa kita lakukan dengan tindakan nyata dan tindakan sederhana yang bisa kita lakukan.
Sebagai pengingat, beberapa hari lagi atau tepatnya setiap tanggal 22 Juni dunia memperingati Hari Hutan Hujan Sedunia (World Rainforest Day).
Tentu ini tidak hanya sebagai pengingat, tetapi juga bagaimana upaya untuk meningkatkan kesadaran bagi kita semua agar kiranya masih ada asa, rasa bagi kita semua untuk peduli dengan nasib hujan hujan yang ada dengan tindakan nyata yang kita miliki pula.
Hutan memberi pengingat kepada kita semua karena ia selalu menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup sejatinya juga jangan sampai ia hilang lenyap tak berbekas karena ulah pongah kita manusia.
Hutan juga memberi harapan kepada kita agar ada kasih yang tanpa pamrih kepadanya (hutan, tumbuhan, satwa) dengan untaian tindakan nyata dengan merawat dan menjaga, bukan merusak ataupun mengorbankannya hingga kita lupa tenggelam kelam dalam diam. Sebab ulah kita terkadang atau sering kali justru mengorbankan hutan alam sampai lupa menjaga dan memilihara.
Memang, hutan tidak meminta untuk dipelihara. Ia memang diciptakan oleh Sang Pencipta untuk kita semua makhluk agar memanfaatkannya dengan kebijaksanaan, bukan dengan pongah dan keserakahan kita sampai lupa pada sesama pula.