Hal menarik juga banyak yang kami jumpai. Seperti misalnya kami mendapatkan banyak bibit ulin dari masyarakat tepatnya Bapak Abram di desa Petai Patah, Kec. Sandai. Seperti diketahui, beliau termasuk orang (masyarakat peduli) untuk menyelamatkan tanamaman lokal yang kini keberadaannya sudah kian berkurang bahkan semakin terkikis habis akibat kalah bersaing dengan tanaman baru (tumbuhan sawit) di desa mereka.
Jalan yang kami tempuh menuju desa Petai Patah beberapa diantaranya sudah rusak, berlubang dan berlumpur bersama genangan air dimusim penghujan. Selama perjalanan ekspedisi pendidikan lingkungan yang kami lakukan, dibeberapa tempat kami menjumpai bekas (sisa-sisa terbakarnya hutan saat musim kemarau beberapa bulan lalu).
Hama belalang juga sempat kami jumpai di tepi-tepi yang berada persis di perkebunan sawit atau jalan di sepanjang jalan Sumber Periangan. Seperti diketahui, munculnya belalang sebagai bukti hilangnya predator berupa burung-burung sebagai akibat dari kerusakan hutan di sekitar wilayah tersebut. Â
Keadaan jalan yang becek, berlumpur dan berlubang. foto dok YP
Kampanye penyadartahuan yang dilakukan sebagai salah satu bentuk penyampaian informasi terkait satwa yang dilindungi seperti orangutan dan habitanya kini dalam ancaman nyata terjadi di kec, Sandai. Setidaknya langkah (cara) ini yang bisa kami Yayasan Palung laksanakan. Sambutan baik terucap dari cerita masyarakat. Seperti halnya masyarakat di Desa Petai Patah sudah 10 tahun lebih tidak melihat orangutan di tempat mereka (desa mereka).
Kegiatan yang dilaksanakan dengan keliling desa (ekspedisi) sekaligus pekan peduli orangutan 2015 tersebut setidaknya menjadi salah satu cara yang kini bisa dilakukan. Semoga saja ada tumbuh dan kembang kesadaran dari semua untuk tetap peduli dengan nasib orangutan dan lingkungan saat ini. Semoga saja.
By : Petrus Kanisius- Yayasan Palung