Sembilan lembaga yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pemerhati Pendidikan Menggelar aksi unjukrasa di depan kantor polda sulsel terkait tindakan agresif kepolisian dinilai membungkam demokrasi dan melakukan pelecehan seksual pada saat mengawal aksi demostrasi pada 2 mei 2019 lalu. Rabu, (8/5/2019) Pukul. 15.45.
Beberapa lembaga yang tergabung dalam aliansi tersebut diantaranya, Mahasiswa Peduli Rakyat (MAPERA) Nusantara, Gerakan Pemuda Mahasiswa Indonesia (GPMI), Gerakan Rakyat Merdeka (GRM), Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND) Â Makassar, Ikatan Keluarga Mahasiswa Bangkep Makassar (IKMBM),Â
Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (AMPERA), Pengurus Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu Raya (PB IPMIL), Serikat Pekerja Nasional (SPN), Keluarga Pelajar Mahasiswa Kabupaten Bulungan (KPMKB) Bersama-sama untuk menuntut hentikan pembungkaman demokrasi dan kekerasan dalam mengamankan massa aksi unjukrasa oleh aparat kepolisian.
Sri wahyuni melanjutkan, apabila dalam kurun waktu satu minggu sejak kami berdiri melakukan aksi unjukrasi ini tidak di indahkan, maka kami akan menggalang seluruh rakyat sulsel beserta mahasiswa keseluruhan untuk datang dan menuntut hal yang sama agar ditindak lanjuti. Karena perilaku seperti ini tidak pantas dicerminkan oleh aparat kepolisian yang notabenenya memiliki tata aturan dalam menjaga, Â mengayomi, dan melindungi masyarakat.
Aksi yang dihadiri oleh puluhan massa aksi tersebut serentak menutup mulut mereka dengan memakai lakban hitam sebagai bentuk kekecewaan atas pembungkaman demokrasi, dan aksi pun berjalan dengan aman dan tertib mengingat massa aksi sadar akan kondisi bulan suci ramadhan, dan setelah usai bertemu langsung dengan perwakilan polda untuk menerima aspirasi, massa unjukrasa langsung membubarkan diri dengan tertib menuju kediaman masing-masing.