Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Epos Seksual Terhadap TF, Gadis Dibawah Umur yang Diperkosa oleh Orang-orang Terdekatnya

2 Agustus 2016   20:09 Diperbarui: 3 Agustus 2016   18:56 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya tempat-tempat bordil atau prostitusi segera dioperasionalkan kembali agar mereka melampiaskan nafsu bejatnya di tempat-tempat tersebut ketika birahi sedang memuncak. bukan disalurkan kepada anak gadis yang tidak berdosa apalagi anak kandung sendiri. Ketika semua hukum dijalankan setengah hati, hasilnya pasti “bobrok”

Saya kehabisan kata-kata, tega-teganya seseorang yang diberi amanah melindungi masa depan anak gadisnya, kok malah memperkosanya secara bergilir, ibarat peribahasa indonesia ‘Pagar Makan Tanaman’.

Kekerasan seksual merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai kekerasan struktural. Kekerasan seksual terhadap anak tidak dapat dipungkiri adalah sisi lain dari ketidakadilan keseharian yang kerap kita jumpai dalam bentuk-bentuk diskriminasi, pemaksaan, pembungkaman dan penindasan. Yang dialami TF (15) mengingatkan kita bahwa pembelaan kekerasan terhadap anak gadis dibawah umur  harus tetap dilakukan secara intens, sebab kenyataannya perempuan belum pernah bebas dari jerat kekerasan dan saya yakin masih banyak TF lain yang kasusnya belum tersingkap.

Kekerasan seksual ataupun kekerasan terhadap manusia tidak akan berhenti selama kehidupan sehari-hari jauh dari perilaku hidup yang bermakna bagi manusia. Dengan demikian, komitmen-komitmen kemanusiaan harus tetap terjaga. Karena tidak terpenuhinya tempat aman serta nyaman sekiranya pantas saya menyebut Indonesia rawan kejahatan moralitas.

Kebiasaan-kebiasaan menyayat hati itu seperti ingin menyampaikan bahwa mereka (pedofil, penjahat asusila) kebal jerat hukum yang dilakukan setengah hati. Memanfaatkan kelemahan sistem mencuri lengahnya pengawasan, kemudian bergentayangan dikelengahan prahara rumah tangga.

Dari pemberitaan media online kasus pemerkosaan terhadap anak, adalah cerminan puncak Himalaya siap mencair kapan saja, karena kasus ini lebih sering menimpa anak relatif tidak terlaporkan. Tidak tahu mau bicara apa lagi seperti nukilan diatas.

Makassar, 2 Agustus 2016

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun