Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia,“Surga”nya Predator Anak-anak

8 Oktober 2015   15:06 Diperbarui: 10 Oktober 2015   09:08 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dokumen pribadi/subhan"][/caption]Indonesia, sudah pantas bergelar SYURGA nya PREDATOR anak. Seiring maraknya kasus kekerasan terhadap anak-anak, seolah-olah tiada ujung pangkalnya, ditemukannya anak tewas dalam kardus karena dilecehkan dan dibunuh, lalu dibuang begitu saja di pinggir jalan, sungguh sangat biadab.

"Dengan kekejian dan meningkatnya kekerasan terhadap anak, Indonesia sudah berada dalam kondisi dibilang rawan moralitas. Anak adalah aset bangsa. "Karena itu jika keadaan ini terus berlanjut Indonesia akan mengalami degradasi generasi,"
Tingginya angka kekerasan terhadap anak menunjukkan betapa moralitas bangsa rusak, dan rapuhnya keluarga sebagai basis perlindungan dan pendidikan anak. Secara politik, maraknya kejahatan terhadap anak merupakan bukti negara lalai dan gagal melindungi anak sebagai kelompok rentan.

Aksi “biadab” manusia sangat memprihatinkan, sebut saja terbunuhnya ENGELINE oleh ibu angkat MARGARETH, berlanjut pada anak sekolah internasional school dan seterusnya, toh relevansinya tidak begitu signifikan. Tindakan kekerasan psikologis pernah menimpa anak saya sebagai korban makian “kasar” dari tetangga, gara-gara bermain di lorong depan rumahnya, perilaku tindak kekerasan justru datang dari orang terdekat-sangat mengenal korbannya.

saya sangat terenyuh, hhmm!! berat, nyaris meniti butiran-butiran bening dari pelopak mataku, mebaca berita bahwa Seorang oknum satpam SD Bakung Sudiang plaku pencabulan, Kecamatan Biringkanaya, dimana sekolah tersebut tempat anak saya menimba ilmu.

Beruntung, Satpam yang diduga melakukan pencabulan anak dibawah umur tersebut bertugas sekolah SD Bakung II, sedangkan anak saya bersekolah di SD Bakung I. Meski begitu rasa ketar-ketir itu selalu datang menghantui benak kami. Membuat ibu-ibu paranoid.

Kasus pelecehan seksual ini sebenarnya terjadi sejak dua hari lalu. Dimana sebuat saja inisial “S” (kelas 3 SD) merasa kesakitan saat buang air kecil, tanpa fikir panjang dibawalah si "korban pencabulan" periksa ke bidan oleh orang tuanya, dari hasil pemeriksaan bidan setempat mengatakan “selaput dara/keperawanan “S” robek.” Berawal dari situ "korban" baru menceritakan ke orangtuanya, dua hari berturut-turut dibawa ke rumah “Sang Pengaman.” Sehingga pada Selasa (6/10/2015) malam, sejumlah warga mendatangi rumah satpam (perumahan Tirasa) tersebut di Sudiang dan menghakiminya.

[caption caption="dokument pribadi/subhan"]

[/caption]Tersangka yang juga oknum satpam SD Bakung Sudiang tersebut diduga kuat melakukan kasus pemerkosaan terhadap siswa di sekolahnya. “Pelaku ini bisa dikatakan BIADAB. Tidak berlebihan jika mengatakan pelaku BIADAB sebab selain melakukan kekerasan seksual, Korbannya itu anak dibawah umur.”

Dari pelbagai sumber informasi media cetak dan elektronik “Kalau polisi tidak cepat datang, sudah dibakar hidup-hidup itu oknum satpam oleh warga,”

Berita ini memang sangat mencengangkan di kompleks perumahan kami (Bumi Permata Sudiang), anak-anak korban kekerasan seksual adalah salah satu warga BPS harus mendapatkan terapi psikososial.

Kini, suasana di sekolah tersebut tidak seperti biasanya, nampak sedikit mencekam dalam kegiatan belajar mengajar. Orang tua dibikin lebih protektif antar jemput anak pergi ke sekolah, guna mengantisipasi datangnya PREDATOR. Pemerintah Daerah setempat pun diharapkan sudi menggandeng psikolog untuk menangani anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual,” musnahnya tingkat keberadaban manusia mengindikasikan bahwa keselamatan hidup anak-anak kian terancam, tidak sebanding antara regulasi dengan infrastruktur penunjang keselamatan anak.

Oknum satpam SD Bakung Sudiang ini hasil rekruitment sang Kepala Sekolah SD Bakung II, menurut warga sekitar "orangnya terkenal aneh dan pendiam", bahkan sempat diprotes warga setempat, Tidak tahu apa alasan Kepala Sekolah mempekerjakannya? Hanya TUHAN dan Kepala Sekolah yang tahu jawabannya.

Sampai kapan???, kekerasan pada anak di Indonesia berakhir, apa tidak malu, pemberitaan berulang-ulang hanya itu-itu terus #tranding topic, tidak ada yang lebih cerdas kah???

Untuk orang tua, termasuk saya pribadi, agar selalu peka dan berhati-hati, apalagi dalam catatan kasus-kasus kekerasan anak biasanya dilakukan orang dekat.

“Orang tua biasanya juga lengah karena kesibukan. Jika anak mengalami kekerasan seksual pasti ada perubahan-perubahan sikap. Hal tersebut yang biasanya tak disadari orang tua hingga kasus bisa terjadi berulang-ulang.”

***
PEMBERITAAN- kekerasan pada anak masih menjadi momok menakutkan. Bahkan, kasusnya makin marak terjadi, baik di sekolah maupun dilingkungan keluarga sendiri.

Tak ada lagi tempat aman buat berpijak kaki-kaki mungil tak berdosa. Melihat kekerasan terjadi pada anak-anak seperti ini, sungguh sangat disayangkan. Lalu!!!, jika hal ini sudah terjadi, ke manakah harus melapor?

Media memang jeli melaporkan terjadinya kekerasan hingga mampu meningkatkan oplah. Jadi masyarakat tahu kemana harus melaporkan setiap kejadian kekerasan terhadap anak. Tidak salah??? Karena tugas pokok “kuli tinta” memberi berita, dimana letak kesalahannya?? Suguhan berita tersaji, bukan malah menurun tapi mengalami peningkatan begitu hebat, kasus kekerasan setiap tahunnya seperti fenomena gunung es.


Ditemukannya jasad anak dalam kardus merupakan bukti otentik, bahwa indonesia siaga 1 (satu). jangan anggap sepele, dampak muramnya perekonomian salah satu pencetus terjadinya kekerasan baik fisik maupun mental semacam bullying, kekerasan seksual atau kejahatan lain seperti penculikan, jeratan narkoba dan banyak lagi yang bisa mengancam keselamatan anak manusia.

Musibah pencabulan diduga dilakukan oleh satpam sekolah SD Bakung II Sudiang-Makassar, dapat dikatakan cukup mencoreng “pelindung” negara kita. Bukan hanya soal kelalaian menjalankan tugas saja, tapi juga kontaminaasi racun PHK, Korupsi, Kolusi, Nepotisme membuat manusia “sakit jiwa.” Seyogianya seorang satpam bertugas mengamankan lokasi tempatnya bekerja bukan malah “pagar makan tanaman.” Hingga kini "oknum satpam" masih mendekam di Hotel Prodeo. Boleh jadi "oknum" lolos dari jerat, tanpa dibarengi visum DNA, serta bukti akurat.

"Kami tidak bermaksud menyalahkan pihak-pihak tertentu. Hanya mengingatkan, sekali lagi mengingatkan semua pihak termasuk diri saya, bahwa hal-hal sederhana semacam ini bisa kita lakukan sebagai sebuah langkah preventif agar tidak terjadi lagi tindak kekerasan maupun kejahatan pada anak," kata ku.

Tingkat kejahatan terhadap anak telah mencapai titik nadir, dan semoga pelaku KEBINATANGAN ini segera berakhir. Amin

Makassar, 8 Oktober 2015
 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun