Mohon tunggu...
Pipit Indah Oktavia
Pipit Indah Oktavia Mohon Tunggu... Fresh Graduate dari Fakultas Hukum Universitas Jember

Menulis bukan karena tahu segalanya, tapi karena ingin belajar lebih banyak. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Jember yang percaya bahwa perspektif bisa tumbuh dari cerita sederhana. Di Kompasiana, saya ingin berbagi, bukan menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Ketika Dunia Nyata Tak Lagi Cukup, Apakah Metaverse Jawabannya?

15 Juni 2025   22:17 Diperbarui: 15 Juni 2025   22:17 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Pipit Indah Oktavia

Pernahkah kamu merasa bahwa batasan dunia nyata terlalu sempit untuk menampung imajinasi, ambisi, atau bahkan pelarian dari kenyataan? Di tengah dunia yang semakin terkoneksi secara digital, konsep metaverse hadir bukan hanya sebagai teknologi masa depan, tetapi sebagai alternatif realitas yang menjanjikan. Namun, benarkah metaverse adalah jawaban atas keterbatasan dunia nyata? Ataukah ini justru membuka kotak pandora baru dalam kehidupan manusia?

Apa Itu Metaverse?

Secara sederhana, metaverse adalah dunia virtual tiga dimensi yang imersif dan terus berlangsung (persistent), di mana individu dapat berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungan digital menggunakan avatar. Konsep ini bukan hal baru diperkenalkan dalam novel Snow Crash karya Neal Stephenson (1992), dan dipopulerkan kembali lewat Ready Player One karya Ernest Cline yang difilmkan Steven Spielberg.

Namun secara teknologi, metaverse mulai dipandang serius sejak perusahaan besar seperti Meta (Facebook), Microsoft, hingga Tencent menginvestasikan triliunan dolar untuk membangun infrastruktur digital masa depan ini.

Mengapa Dunia Nyata Tak Lagi Cukup?

Ada beberapa alasan mengapa sebagian orang merasa dunia nyata tak lagi mampu memenuhi kebutuhan mereka:

1. Realitas yang makin kompleks dan penuh tekanan.

Dunia fisik menghadirkan tantangan seperti krisis iklim, pandemi, ketidakstabilan ekonomi, hingga isolasi sosial. Di sisi lain, dunia virtual menawarkan "pelarian" yang terlihat lebih menyenangkan dan terkendali.

2. Keterbatasan fisik dan geografis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun