Kami mengabadikan momen sebanyak mungkin-foto, video, bahkan hanya diam menikmati alam. Rasa lelah dan kantuk seketika menguap. Di sinilah kami merasa benar-benar hidup, benar-benar bebas.
Saat turun, kami bertemu dengan seorang bapak-bapak ramah yang sempat ngobrol tapi sayangnya aku lupa dari mana asalnya. Kami turun dengan semangat tinggi, bahkan sempat berlari-lari kecil agar lebih cepat. Tapi nasib berkata lain-aku jatuh! Untungnya hanya luka ringan dan malah jadi bahan ketawa seharian.
Setelah sampai basecamp, kami makan lagi untuk memulihkan tenaga. Tak lupa, mi instan yang kami bawa dari rumah akhirnya dimasak juga-dan rasanya luar biasa enak setelah pendakian yang melelahkan.
Perjalanan pulang kami tempuh dengan santai. Meski tubuh serasa remuk, hati kami penuh kepuasan. Dari Kawah Ijen ke Jember berjarak sekitar 102 kilometer, tapi yang lebih panjang adalah kenangan dan pelajaran hidup yang kami dapat dari perjalanan ini.
Perjalanan ini bukan hanya soal jalan-jalan. Ia adalah metafora tentang hidup. Bahwa dalam gelap, dalam dingin, dalam ketidakpastian, kita bisa tetap melangkah selama kita punya keberanian dan orang yang bisa kita andalkan.
Berdua, tanpa bimbingan profesional, tanpa pemandu wisata, tanpa perlengkapan lengkap, kami berhasil menaklukkan Kawah Ijen. Kami memang tak melihat blue fire, tapi kami menemukan sesuatu yang lebih berharga: diri kami yang lebih kuat dan versi kami yang lebih hidup.
Tips untuk Petualang Perempuan ke Kawah Ijen:
1. Berangkat siang dan menginap di homestay dekat Paltuding untuk keamanan dan kenyamanan.
2. Gunakan jaket tebal dan sarung tangan, suhu bisa sangat dingin, terutama tengah malam.
3. Pastikan motor dalam kondisi prima, karena jalurnya curam dan minim penerangan.