Mohon tunggu...
Pipit Indah Oktavia
Pipit Indah Oktavia Mohon Tunggu... Fresh Graduate dari Fakultas Hukum Universitas Jember

Menulis bukan karena tahu segalanya, tapi karena ingin belajar lebih banyak. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Jember yang percaya bahwa perspektif bisa tumbuh dari cerita sederhana. Di Kompasiana, saya ingin berbagi, bukan menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Peri Bunga yang Jatuh Cinta dengan Manusia, Kisah Cinta yang Tak Terlupakan

14 Juni 2025   21:40 Diperbarui: 14 Juni 2025   21:40 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Di suatu negeri yang tak terjamah manusia, terdapat taman abadi yang disebut Lembah Aira. Di sinilah para peri bunga hidup berdampingan dalam harmoni, menjaga alam semesta dari balik tirai yang tak kasat mata. Salah satu peri itu bernama Calla, peri bunga lili, yang terkenal karena keindahan dan kelembutannya. Namun, takdir mempertemukannya dengan makhluk dari dunia lain - seorang manusia - dan dari sanalah kisah cinta yang tak biasa ini dimulai. 


Pada suatu pagi yang sejuk, saat kabut masih menyelimuti bumi, seorang pemuda bernama Raka tengah menjelajah hutan untuk mencari inspirasi melukis. Tanpa sengaja, ia masuk ke celah rahasia yang membawanya ke Lembah Aira. Di sanalah pandangannya bertemu dengan Calla-wajah yang tak pernah ia lihat, namun terasa begitu akrab di hati.

Calla seharusnya tak menampakkan diri pada manusia. Namun ada sesuatu dari Raka-tatapan matanya yang jujur, caranya memandang bunga tanpa memetiknya-yang membuat Calla diam-diam muncul. Mereka mulai berbincang, tertawa, dan saling memahami. Dalam waktu singkat, ikatan tak kasat mata mulai tumbuh.

Hubungan mereka menjadi rahasia. Raka datang setiap hari, membawa cerita dunia manusia, sementara Calla menyemai ketenangan dalam hatinya. Namun para sesepuh peri mulai merasakan adanya gangguan. Hukum dunia mereka jelas: perasaan kepada manusia akan melemahkan kekuatan seorang peri.


Calla pun menghadapi dilema. Cintanya kepada Raka begitu tulus, namun tugasnya menjaga harmoni alam tak bisa diabaikan. Di sisi lain, Raka-yang awalnya hanya ingin melukis keindahan alam-mulai merasakan arti dari kehilangan yang belum terjadi.

Suatu malam, langit Lembah Aira berubah menjadi kelabu. Petir menggelegar---pertanda para sesepuh peri telah tahu segalanya. Calla dipanggil dan diberikan dua pilihan: menghapus semua kenangan tentang Raka dan kembali sebagai peri penjaga, atau meninggalkan keabadian dan menjadi manusia, namun kehilangan sayap dan kekuatannya.

Calla memilih yang tak banyak peri pilih: menjadi manusia demi cinta. Dengan satu pelukan perpisahan dari sesama peri, ia turun ke bumi. Tubuhnya melemah, tapi senyumnya tidak. Ia tahu, walaupun tak lagi memiliki sihir, ia memilih dengan hatinya yang paling dalam.

Raka menyambut Calla dengan air mata dan pelukan. Ia tidak tahu apa yang telah dikorbankan Calla, tapi ia berjanji akan menjaganya seumur hidup. Di galeri kecil milik Raka, tergantung lukisan Lembah Aira, dengan seorang gadis bermata lembut di tengahnya.

Calla mungkin telah kehilangan sayapnya, tapi ia menemukan makna baru tentang terbang, melayang bersama cinta, melintasi batas dua dunia.

Cerita Calla dan Raka bukan sekadar dongeng, ia mengajarkan kita tentang keberanian mencintai, tentang pilihan yang sering kali mengharuskan kita melepaskan sebagian dari diri. Dalam dunia yang serba rasional, kisah cinta antara peri dan manusia ini adalah pengingat bahwa keajaiban sejati terjadi saat kita mengikuti suara hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun