Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu... Jurnalis -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Jangan Dulu "Pede"

9 Agustus 2018   08:59 Diperbarui: 9 Agustus 2018   09:08 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernyataan mantan Perdana Menteri Tiongkok, Wen Jiabao di atas, mungkin bisa menjelaskan mengapa setiap menjelang kontestasi politik, kondisi perpolitikan tanah air selalu memanas dan rawan stabilitas. Seperti yang terjadi menjelang Pilpres tahun depan, di mana para elit dan masyarakat sudah saling menyerang satu sama lain.

Topik yang paling banyak menjadi polemik, umumnya mengenai perekonomian tanah air yang mengalami anomali sejak tahun lalu. Mengapa anomali? Sebab walau secara statistik dalam dan luar negeri, laju perekonomian Indonesia sangat baik dan bahkan mendapatkan banyak pujian internasional, namun tidak begitu dengan yang dirasakan masyarakat.

Pelemahan perekonomian global yang terjadi sejak 2015 lalu, perlu diakui masih belum pulih hingga saat ini. Kondisi ini pun, mau tak mau juga berimbas pada perekonomian tanah air. Pelemahan perekonomian di sejumlah negara, secara langsung mempengaruhi nilai perdagangan ekspor impor yang menjadi salah satu sumber pendapatan negara.

Lesunya perdagangan global ini, juga semakin mendapatkan 'tamparan' dengan adanya perang dagang antara Tiongkok dan AS. Begitu juga saat The Fed AS memutuskan untuk menaikkan suku bunganya hingga empat kali di tahun ini, akibatnya nilai tukar rupiah dan mata uang negara lainnya pun semakin melemah akibat adanya penguatan dollar AS.

pinterpolitik.com
pinterpolitik.com

Walau Pemerintah berkali-kali mengatakan kalau perekonomian tanah air sebenarnya jauh lebih baik dibanding beberapa tahun belakangan, namun beratnya kehidupan yang dirasakan secara nyata oleh rakyat, tentu menyulitkan posisi Jokowi sebagai figur yang dianggap bertanggung jawab akan tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Bagi pihak yang berseberangan dengan Pemerintah, beratnya kondisi perekonomian masyarakat ini merupakan tema ideal untuk melemahkan kepercayaan rakyat terhadap Pemerintah. Polarisasi yang sudah terbentuk sejak 2014 lalu pun, ikut membantu terjadinya silang pendapat mengenai kondisi tanah air yang sebenarnya.

"Keributan" yang terjadi baik di tingkat elit politik maupun masyarakat ini, pada akhirnya menciptakan situasi yang tak stabil di mata para investor. Kenyataan ini diperkuat oleh Monte Palmer, penulis buku Dilemmas of Political Development. Menurutnya, stabilitas suatu negara memang sangat bergantung dari pengaruh para elit dan penguasa.

Ancaman stabilitas nasional, lanjut Palmer, tidak hanya bergantung dari pengakuan regional dan internasional semata, tapi juga dari peran serta aktif dan positif dari para elit politiknya untuk menciptakan stabilitas. Jadi bagaimana stabilitas dapat terjadi, bila ada elit politik yang memang sengaja menyebarkan ketakutan dan pesimisme di masyarakat?

2019, Tahun Berat Jokowi

Dalam pelaksanaan demokrasi, keteraturan tidak selalu merupakan hal yang baik, apalagi ketidakteraturan. Sebab dalam demokrasi, adanya pro dan kontra akan menciptakan kondisi politik yang dinamis. Sayangnya, dinamika ini kerap dijadikan alasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko menciptakan perpecahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun