Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu... Jurnalis -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dramaturgi Kekalahan Gerindra

10 Juli 2018   14:36 Diperbarui: 10 Juli 2018   14:52 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertahankan Citra Melalui Penyangkalan

"Tetap dikatakan demokratis, ketika kekuatan masyarakat dipersatukan; dan sebagai oligarki saat terpilih dalam Pemilu." ~ Aristoteles

Pernyataan salah satu "Bapak Demokrasi" di atas, diambil dari bukunya The Politics of Aristotle VIyang di dalamnya terangkum pemikiran-pemikirannya mengenai bagaimana demokrasi harus mampu melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Salah satu bentuk partisipasi itu, tentu saja melalui pemilihan umum seperti Pilkada lalu.

Sebagai sebuah ajang kontestasi demokrasi, tentu harus ada yang menang dan juga kalah. Sayangnya dalam Pilkada lalu, kekalahan telak diraih oleh Gerindra. Dibanding partai-partai lainnya, Gerindra berada diurutan buncit karena hanya menang di 3 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Maluku, dari 17 provinsi yang melakukan Pilgub.

Namun kekalahan di Jabar, Jateng, dan Jatim lah yang paling membuat Prabowo begitu terpukul. Sebagai pulau terpadat di Nusantara, Jawa dipercaya sebagai lumbung suara dan barometer kemenangan di Pilpres nanti. Sehingga kekalahan para cagub yang diusungnya di 3 wilayah tersebut, tentu menjadi awal buruk pencapresannya.

Berdasarkan fakta ini pula, sangat wajar bila Prabowo mulai berpikir seperti yang dikatakan Thucydides sebelumnya, yaitu melakukan penyangkalan dengan menuding adanya kecurangan yang dilakukan oleh KPU. Penyangkalan (denial), menurut Pakar Psikoanalisis Sigmund Freud, wajar terjadi saat menghadapi kenyataan yang menyakitkan.

Katadata.co.id
Katadata.co.id

Menurut Freud, penyangkalan merupakan pernyataan atas informasi yang dirasakan tidak benar. Umumnya, sikap ini dilakukan sebagai mekanisme pertahanan psikologis saat seseorang menerima fakta yang tak mampu diterima atau ditolak. Sehingga, ia berkeras kalau fakta itu tidak benar, meskipun telah ada bukti-bukti pendukungnya.

Dalam politik, penyangkalan ini dikenal sebagai politics of denial dan sangat umum dilakukan di dalam negeri maupun seluruh dunia. Kenyataan ini didukung oleh Michael A. Milburn dan Sheree D. Conrad dalam buku Politics of Denial. Menurutnya, kehidupan politik suatu negara sering menunjukkan penolakan atas kenyataan yang menyakitkan.

Sementara menurut William Benoit, dalam buku Accounts, Excuse, An Apologies: A Theory of Image Restoration Strategies, penyangkalan juga kerap dilakukan untuk mempertahankan citra baik suatu partai sebab elemen 'wajah parpol' sama pentingnya dengan citra diri 'sang pemimpin'.

Menurut Benoit, mempertahankan citra sebagai partai yang kuat dan bersih umumnya memang merupakan tujuan utama dari komunikasi politik yang dilakukan selama kontestasi politik. Oleh karena itu, untuk memulihkan citra dari label partai yang kalah, Gerindra mau tak mau harus proaktif menggunakan metode pemulihan citra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun