Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Stimulus Cetak Uang, Jurus Ampuh?

29 Juni 2020   14:47 Diperbarui: 29 Juni 2020   15:48 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Sedangkan pada tahun 1997-1998, Bank Indonesia menyalurkan Bantuan Likuiditas (BLBI) untuk sektor perbankan yang serupa QE. Neraca Bank Indonesia (BI) ekspansi hampir lima kali lipat di tahun 1997 dan 1998 menjadi masing-masing Rp189 triliun dan Rp422 triliun, naik dari hanya Rp91 triliun pada akhir 1996. Uang Primer (M0) mengalami lonjakan di tahun 1997 dan 1998 masing-masing menjadi Rp46 triliun dan Rp75 triliun, naik dari Rp34 triliun pada akhir 1996.

Bank yang memperoleh BLBI ternyata menggunakannya untuk melakukan serangan spekulasi terhadap Rupiah, sehingga nilai tukar rupiah jatuh ke titik terendah sekitar Rp16.000 per US$, cadangan devisa menurun, dan inflasi mencapai 77%.

Negara berkembang lain yang melakukan eksperimen ekspansi moneter untuk menyelamatkan ekonominya juga bernasib serupa, seperti Argentina, Turki, Venezuela, dan Zimbabwe.

Semua negara berkembang ini memiliki masalah serupa dengan Indonesia, seperti defisit fiskal, defisit transaksi berjalan, dan utang luar negeri. Tentunya krisis ekonomi diperparah oleh intensitas konflik politik dan gangguan produksi akibat intervensi pemerintah, seperti di Venezuela dan Zimbabwe.

Empiris Negara Maju

Bila kapasitas kebijakan ekspansi moneter negara berkembang sangat terbatas, negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, UK, dan Uni Eropa, dapat melakukan kebijakan ekspansi moneter tanpa menimbulkan gejolak ekstrim.


Misalnya Amerika, setelah menurunkan suku bunga kebijakan mendekati nol, juga melakukan ekspansi neraca the Fed. Pada akhir 2007, nilai neraca the Fed hanya US$0,9 triliun, dengan total uang primer sekitar US$ 0,8 triliun. Menghadapi krisis finansial, neraca the Fed dan total uang primer naik dua kali lipat masing-masing mencapai US$2,2 triliun dan US$1,7 triliun pada akhir 2008. 

Kebijakan ekspansi moneter ini terus berlanjut, sehingga pada akhir 2014 neraca the Fed mencapai US$4,5 triliun dengan total uang primer US$4,0 triliun. Menghadapi gejolak ekonomi akibat wabah Covid-19, neraca the Fed dan total uang primer kembali naik tajam masing-masing menjadi US$7,0 triliun dan US$4,8 triliun.

Meski Amerika telah melakukan kebijakan moneter ekstrim, rata-rata pertumbuhan ekonomi periode 2009-2019 hanya sekitar 1,8%, jauh dibawah pertumbuhan rata-rata 2,8% pada periode 1998-2008. Inflasi di Amerika memang tetap rendah, tetapi kenaikan harga-harga aset finansial mendorong ketimpangan pendapatan ke titik tertinggi.

Negara-negara maju bisa melakukan kebijakan MMT atau QE ekstrim dengan beberapa syarat. Pertama, mata uang negara tersebut memiliki kredibilitas yang kuat dan dipercaya oleh masyarakatnya. Kedua, pasar finansial sangat berkembang dan mata uang negara tersebut banyak digunakan oleh negara lain. 

Misalnya mata uang US$ digunakan sebagai mata uang perdagangan dunia dan cadangan devisa di berbagai negara. Ketiga, negara tersebut berutang dalam mata uangnya sendiri, sehingga tidak menghadapi risiko default atau risiko nilai tukar. Keempat, adanya kapasitas ekonomi yang menganggur dan uang yang dicetak digunakan untuk menggerakkan sumber daya tersebut menjadi kegiatan ekonomi produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun