Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tujuh Butir Kurma dan Air Madu Hangat untuk Umi

15 April 2021   20:28 Diperbarui: 15 April 2021   20:58 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku menyiapkan air putih hangat untuk Umi. Dokter bilang, dikondisi Umi yang seperti ini, tak ada minuman yang lebih baik selain air putih hangat. Menaikkan salah satu sisi tempat tidur Umi, merapikan posisi sandaran Umi. Kami berdzikir sambil menunggu Adzan Magrib.

Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa'ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin. Amin

Aku dan Nabila berbuka dengan  segelas teh madu hangat sementara Umi hanya dengan segelas air putih hangat. Setelah berbuka dengan segelas air, Umi bertayamum menyucikan tubuh dan bersiap sholat. Tak sekali pun sejak aku lahir aku melihat Umi meninggalkan ketaatannya. Abi benar-benar membawa Umi menjadi perempuan yang luar biasa, mewariskan iman yang mendarahdaging.

Aku menunda makanku demi bisa menyuapi Umi makan. Kupandang-pandangi wajah Umi. Raut wajahnya seolah sudah memberikanku salam perpisahan. Umi terlihat bercahaya, wajahnya begitu bersih dan cantik sekali pun keriput sudah bergelayutan diseluruh tubuhya. Hatiku remuk. Bisakah aku bernegosiasi dengan Sang Maha pemilik nyawa? Bisakah menukar seluruh umurku agar Umiku bisa hidup lebih lama? Sungguh aku tak pernah ingin kehilangan lagi.

"Besok kamu libur ndak, Il?" Suara Umi sungguh lemah. Semakin aku dengar suara lemah Umi, hatiku rasanya makin teriris.

"Besok kamu bisa temenin Umi dulu ndak, Il?" Sambung Umi.

"Iya, Mi. Ismail besok di sini nemenin Umi, ya." Aku meraih tangan Umi.

Entah bagaimana aku menjelaskan pada Nabila dan Umi kalau aku sudah hampir sebulan ini tidak lagi bekerja. Aku bahkan harus meminjam akun ojek online temanku demi bisa mencari uang masuk setiap hari sambil menunggu panggilan kerja lainnya. Untung saja Amin berbaik hati untuk meminjamkan akunnya. Aku bisa narik ojol di jam kerjanya.

"Il, sahur nanti, Umi mau kurma, ya." Entah kenapa, permintaan Umi ini rasanya terdengar seperti permintaan terkahirnya.

"Iya, Mi. Tujuh butir kurma, kan.  Tapi air madunya yang hangat aja ya, Mi. Umi kan ndak boleh minum air dingin." Aku teringat Abi. Tujuh butir kurma dan air madu dingin adalah menu sarapan wajib Abi setiap hari.

Kualihkan pandanganku ke kotak kurma kosong di atas meja di tepi tempat tidur Umi. Hari ini orderanku sepi, aku bahkan harus nombok untuk mengisi bensin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun