Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teleporter

12 Juli 2016   21:32 Diperbarui: 12 Juli 2016   21:37 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari: amandakaylaliberty.wordpress.com

Setelah memindahkan buku-buku yang berserakan di bawah lemari ke atas meja,  Zeta menyalakan laptopnya. Lalu menyusun kembali buku-buku itu ke dalam lemari dari kayu hitam dengan hati-hati. Setiap buku seperti sudah memiliki posisi pada raknya masing-masing dan dia tak ingin susunan buku itu tertukar sedikit pun.

Di atas meja sebuah kertas panjang mengusik perhatiannya. Setengahnya kertas itu telah dipenuhi tulisan dengan tinta merah dan biru silih berganti. Pada bagian paling bawah dengan tinta merah tertera tulisan

Buku itu tidak ada di tempatnya

Zeta tersenyum. Pemuda bertelinga runcing itu lalu mengambil pulpen bertinta biru dan menuliskan kalimat lain di bawahnya

Memang. Aku menyembunyikannya

Dia kemudian beralih ke layar laptopnya yang menampilkan gambar panorama berganti-ganti dan memandangi dengan seksama setiap gambar yang tampil. Dia berhenti pada sebuah gambar.

Gambar yang indah. Di bawah langit cerah, lembah yang memagari sungai berbatu-batu seperti menyihir Zeta untuk berlama-lama menatapnya. Anehnya, rerumputan serta tumbuh-tumbuhan yang menghampar di sisi sungai berwarna biru seperti langit. Air sungai yang mengalir pun berwarna merah seperti langit senja.

 Pandangannya menajam di balik rambut lurus yang berserakan di depan keningnya. Dengan sekali menggeser mouse, gambar di depannya membesar. Dia mengamati detail demi detail ceruk dan pinggiran lembah kemudian senyuman tersungging.

“Aku menemukannya…”

Zeta sedang mengejar seorang yang misterius yang menginginkan sesuatu yang dimilikinya. Dia yakin kalau orang itu adalah seorang gadis manis. Dia sangat mempercayai instingnya. Tapi mungkin juga karena melihat tulisan tangan yang ditulis dengan tinta merah itu. Begitu rapi dan halus.

Dia berdiri dan tergesa-gesa mengambil kemeja kotak-kotak dari gantungan dalam lemari dan memakainya melapisi kaos oblongnya. Dia lalu duduk ke lantai dan menggeser tempat tidurnya sampai merapat ke dinding. Salah satu papan lantai di bawah tempat tidurnya dibukanya dengan hati-hati lalu dia meraih sesuatu dari bawah papan itu. Sebuah buku dengan sampul tebal dari kayu cendana. Buku itu menjadi istimewa karena berisi kisah-kisah tentang para leluhur penjaga semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun