Pada suatu sore yang mencekam, nampak sebuah portal terbuka lebar. Portal tersebut adalah penghubung antara dunia nyata dan dunia gaib.
Penduduk kota jadi heboh karena portal tersebut berada di tengah pusat kota. Angin ribut yang muncul bersamaan dengan fenomena ini, memporakporandakan kendaraan yang lewat dan bangunan-bangunan di sekitar munculnya portal tersebut. Petir yang menyilaukan menyambar berkali-kali dari dalam pintu portal.
Lalu sekonyong-konyong muncul puluhan bahkan ratusan makhluk gaib dari dalam portal. Kuntilanak-kuntilanak, pocong, kakek-kakek dan nenek-nenek yang kelihatan sudah berusia ratusan tahun. Kuntilanak beterbangan dan pocong-pocong berloncatan ke segala arah. Warga disekitar situ jadi histeris, bahkan banyak yang pingsan dan penyakit jantungnya kumat seketika.
Seorang kakek muncul dari tengah-tengah keramaian makhluk astral tersebut. Rambut putihnya panjang terurai hampir menyentuh lantai. Dia memegang sebuah tongkat kayu. Kelihatannya dia adalah pemimpin rombongan makhluk astral itu. Anehnya di jubahnya yang putih tertera sebuah logo yang seram dan tulisan “Persatuan Makhluk Gaib Nusantara.”
Dengan satu teriakan saja dia membuat semua makhluk gaib lain terdiam. Dia pun menghardik warga masyarakat yang nampak ketakutan di sekitar portal itu.
“Hayuu kalian ngaku!!!”
Hening sejenak.
“Nga.... nga... Ngaku ap apa, mm.. mbah???” seorang warga dalam ketakutannya mencoba bertanya.
“Siapa yang ngaku jadi trendsetter baju putih-putih haahhhh?!!!! Apa si bocah tak tahu, itu sudah berabad-abad jadi warna seragam kami!!! Hayuuu bilang siapa orangnya....??!!!!”
Warga saling pandang ketakutan, bingung mau jawab apa.
