Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Baju Baru Lebaran

25 Maret 2024   23:32 Diperbarui: 26 Maret 2024   10:40 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

Ramadhan kali ini, bicara masalah sampah sudah, masalah keamanan bermudik ria sudah, kini saatnya saya mencoba bicara tentang baju Lebaran. Dari pada bertele-tele yuk kita mulai saja:

Saya mengenal baju baru lebaran hanya saat usia kanak-kanak bersama mendiang ibu saya sebagai hadiah tamat menunaikan ibadah puasa. Terlepas dari sebuah keharusan atau bukan mengenakan baju baru saat merayakan Lebaran, kini saya menilainya hanya sebagai motivasi awal atau sebagai latihan dari orang tua bagi saya sebagai anak-anak untuk senantiasa kuat menjalankan puasa.

Karena semasa kanak-kanak hanya itulah yang saya tahu, Lebaran identik dengan baju baru, sarung baru, kopiah baru, dll. Yang puncak kesemarakannya semakin kental terasa saat kami sanak keluarga, tetangga, dan handai tolan berkumpul untuk saling memaafkan.

Dan saat saya beranjak dewasa atau sekitar usia MTs (Madrasah Tsanawiyah) mendiang ibu saya sudah tidak pernah lagi membelikan saya baju baru ketika Lebaran tiba. Saya pun menjalankan puasa sudah terlepas dari motivasi karena akan dibelikan baju baru kalau bisa menamatkan puasa, melainkan sudah menjurus kesadaran sebagai kewajiban seorang muslim yang telah beranjak dewasa.

Mungkin dari kebiasaan itulah salah satunya, trend baju baru saat hari raya Lebaran bertahan sampai sekarang. Sesuai keterangan yang saya dapat dari para ustadz memang kita disunahkan untuk mengenakan pakaian terbaik saat merayakan Lebaran. Pengertian dalam hal ini tentunya bukan selalu harus baju baru melainkan baju yang terbaik yang kita punya.

Lalu bagaimana kini saya mengaplikasikannya dalam merayakan Lebaran bersama anak dan istri, apakah saya menggunakan metode yang ibu saya terapkan kepada saya saat kanak-kanak dahulu? Jawabnya tidak, saya membelikan pakaian anak dan istri saya termasuk buat saya sendiri jauh sebelum Lebaran atau kalau memang saatnya diperlukan, bahkan kami sekeluarga suka membelinya beberapa saat setelah Lebaran berlalu. Alasannya karena harganya jauh lebih murah dibanding membeli baju baru saat menjelang hari raya Lebaran.

Ada pun saat perayaan tetap kami kenakan pakaian terbaik yang kami punya, karena kami tahu itu hukumnya sunnah dalam rangka meluapkan kegembiraan dan merayakan momen suci lahir bathin setelah digembleng sebulan berpuasa.

Alhamdulillah tanpa diiming-imingi hadiah anak saya rajin menjalankan puasa dengan pengertian yang saya berikan sesuai usianya, meski pengalaman pertama masih ada bolongnya. Tapi setiap terpaksa kami harus memberikan izin untuk membatalkan puasa, bukan berati anak saya bebas makan dan minum sebebasnya melainkan diharuskan melanjutkan puasanya sampai adzan Maghrib tiba.

Dengan begitu Sang Anak bisa merasakan bagaimana indahnya momen saat berbuka puasa bersama keluarga.

Kembali ke masalah baju baru lebaran, kami sekeluarga biasa merayakannya dengan penuh suka cita dan kemeriahan. Saya adalah bagian keluarga besar yang dianugerahi banyak saudara, begitu pula dengan pihak istri. Kami biasa memberikan uang saku alakadarnya kepada anak-anak sebagai rasa syukur dan motivasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun