Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melodi yang Bisa Dimakan

11 April 2017   06:29 Diperbarui: 11 April 2017   14:30 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: https://www.colourbox.com

Andai saja melodi itu bisa dibentuk sesuka hati, batin Carmela.

Gadis berusia 13 tahun itu selalu menghabiskan sore harinya dengan duduk di bawah jendela ruang makan panti asuhan yang terbuka. Dari situ dia bisa memandang langit yang berwarna biru, jingga atau kelabu dan awan-awan yang menghiasinya.

Seperti awan-awan yang bisa berubah bentuk menjadi apa saja, dia ingin agar melodi juga bisa selentur itu, bisa dibentuk jadi kelinci, wajah bayi, pohon, buah pisang dan lainnya. Bahkan bila perlu dibentuk jadi lolipop raksasa lalu diberi warna-warni yang semarak serta gula untuk penguat rasa.

Sepertinya seru juga kalau melodi yang sebelumnya hanya digunakan untuk memoles lirik lagu agar bisa dinyanyikan orang-orang, bisa jadi salah satu jenis makanan. Tidak perlu lagi capek-capek mencoba mendengarkan getaran setiap nada, cukup dikunyah dan dirasakan saja keindahannya.

…atau boleh juga jika melodi itu bisa dilukis jadi pemandangan;  gunung membentang, sungai dan daun hijau, atau sudut-sudut kota. Jadi cukup dipandangi sepuasnya.

Saat itu seorang wanita setengah baya berpakaian putih-putih menghampirinya lalu melakukan gerakan tangan sebagai isyarat kalau sudah waktunya untuk mandi dan studi sore. Carmela mengangguk. Wanita setengah baya berlalu dan Carmela mengekor.

Gadis manis ini memang menderita tuna rungu sejak bayi.

Andai saja melodi bisa dibentuk sesuka hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun