Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Kunci Optimasi Akun Instagram: It's Not About Me

7 Juli 2020   18:05 Diperbarui: 7 Juli 2020   18:23 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari tekno.kompas.com

Instagram (IG) telah menjadi salah satu aplikasi media sosial yang digandrungi masyarakat. Dilansir dari statista.com per April 2020 pengguna IG mencapai lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia. Indonesia menempati peringkat ke-empat dengan jumlah pengguna 64 juta orang, di bawah Amerika Serikat, India dan Brazil.

Awalnya IG hanyalah platform berbagi yang populer di kalangan para seniman dan fotografer untuk memajang kreasi mereka. Tapi seiring dengan penggunaannya yang semakin luas, IG menjadi salah satu platform yang digunakan untuk tujuan komersial baik oleh perusahaan, pebisnis, para influencer sampai organisasi non-profit.

Untuk mengoptimasikan akun IG, kita perlu mengenal bagaimana algoritma IG bekerja. Pada tanggal 20 Mei yang lalu, Kompasiana menggelar live instagram yang menghadirkan Luthfi Kurniawan, Social Media Superintendent KG Media, sebagai narasumber dan Apriansah, Social Media Specialist Kompasiana sebagai host. Live stream perdana program "Teman Ngobrol" ini bertajuk: Yuk, Kenalan Sama Algoritma Instagram.

Saya jadi salah satu pemirsa program live instagram ini hingga tuntas. Materi bincang-bincang tersebut cukup menambah wawasan terutama bagi mereka yang masih awam dengan algoritma IG.

Pada bagian awal program, Mas Luthfi memberi informasi mengenai bagaimana IG melakukan tracking terhadap akun IG seseorang. Ada beberapa variabel yang menentukan bagaimana algoritma IG bekerja, antara lain: konten apa yang biasa ditayangkan, bagaimana engagement dengan following dan follower, akun apa aja yang diikuti dan konten apa saja yang sering di-like atau di-save. Dengan mempelajari kebiasaan pengguna ini, IG akan lebih sering menampilkan konten yang relevan dengan kebutuhan pengguna, mulai dari konten di beranda, konten yang muncul saat pengguna masuk pada menu pencarian, sampai ads (iklan) yang paling sesuai.

Oleh karena itu, pengalaman berselancar setiap pengguna di beranda IG akan sangat berbeda satu sama lain. Jika selama ini anda memiliki ketertarikan pada dunia wisata, saat membuka beranda atau membuka kolom pencarian, konten yang mungkin sering muncul adalah konten-konten terkait dengan dunia wisata, seperti gambar pemandangan alam, gambar lokasi wisata populer dan sejenisnya. Untuk pengguna yang selama ini memiliki ketertarikan pada bidang kuliner, konten yang bakalan sering muncul adalah konten tentang dunia masak memasak, restoran-restoran populer, chef-chef yang terkenal dan sejenisnya.

Begitu pula dengan ketertarikan atau minat pada bidang yang lain seperti seni, fotografi, teknologi, otomotif dan lain-lain.

Nah, sudah mulai melihat arah dari judul artikel ini?

Ya, karena algoritma IG membuat pengguna cenderung menemukan konten yang relevan berdasarkan karakter atau kebiasaannya, maka kunci dari optimasi akun IG adalah berilah para follower konten apa yang mereka cari (baca: butuhkan).

Jadi jika ingin mendapatkan engagement (tayangan yang mendapat likes dan komentar) yang tinggi dari follower, konten yang kita produksi harus "nyambung" dengan apa yang mereka butuhkan, bukan konten "suka-suka". Dengan demikian, konten-konten kita akan lebih mudah tampil pada halaman beranda mereka. Kecuali jika akun IG kita memang hanya sekadar jadi galeri kedua dengan memajang foto-foto yang suatu saat akan dihapus dari gawai biar tidak bikin penuh memori.

Jika akun IG punya engagement ratio yang bagus, maka semakin mudah pula untuk memonetisasi akun IG tersebut. Nah, jika kita sudah mengarah ke monetisasi atau ingin menjadikan kinerja akun IG kita lebih powerful, maka kita harus semakin aware dengan konsep akun IG kita.

Akun IG kita mestinya sudah lebih konsisten dengan tema. Jika ingin fokus pada tema interior design, ya sedapat mungkin konten kita harus banyak berbicara tentang interior design secara konsisten. Jangan sampai kita ingin mengangkat tema interior design tapi ternyata sebagian besar galeri IG isinya foto selfie, foto makanan minuman dan foto-foto yang tidak ada sama sekali hubungannya dengan interior design. Algoritma IG akan menjadi bias dan bisa salah membaca tema IG kita.

Semakin konsisten konten yang dihasilkan, semakin tinggi peluang konten kita meraih engagement dari pengguna yang membutuhkan konten tersebut.

Selain konsistensi tema, Mas Luthfi juga menyampaikan hal lain yang bisa membantu meningkatkan engagement akun IG kita.

Untuk frekuensi penayangan konten, usahakan posting sehari sekali pada jam-jam tertentu di saat banyak follower sedang aktif berselancar di IG. Manajemen waktu posting ini semakin mudah dilakukan jika akun IG sudah diatur menjadi akun bisnis. Dengan akun bisnis kita lebih mudah memantau aktivitas follower (audience) seperti dari mana saja mereka berasal, berapa rentang usia mereka, kapan waktu-waktu mereka menghabiskan waktu di IG sampai bagaimana performa konten yang kita tayangkan.

Kiat lain adalah biasakan memberi komentar pada tayangan akun following, terutama pada konten-konten yang setema dengan konten kita. Selain jadi cara untuk lebih akrab dengan algoritma IG, kebiasaan ini dapat membuat akun tersebut "ngeh" dengan kehadiran kita, syukur-syukur jika ada yang memberi balasan komentar. Ini bisa menaikkan engagement akun kita.

Sedapat mungkin komentar yang diberikan itu benar-benar kontekstual dan membangun relasi, bukan sekadar basa-basi seperti misalnya "Jadi ngiler", "Keren", "Fotonya bagus", "Nice pict" dan sejenisnya. Bandingkan dengan komentar seperti ini , "Wah, sudut pengambilan gambar sawahnya pas banget. Jadi ikut adeeem melihatnya." Atau seperti ini, "Bakso plus potongan ubi goreng, menarik idenya. Boleh dicoba, nih." Terasa kan, beda komentar yang sekadar basa-basi dan yang menunjukkan ketertarikan kita?

Kemudian, jika ada yang memberi komentar pada konten kita, sesegera mungkin membalas komentarnya. Ini cara menghargai mereka yang sudah berkenan singgah dan berkomentar di galeri kita.

Kiat-kiat di atas (menayangkan konten secara teratur dan konsisten) sudah saya praktikkan. Hasilnya? Ada peningkatan pada engagement IG khususnya selama sebulan terakhir ini.

Galeri IG saya bertema foto landscape dan puisi gambar (silakan menemukan tayangan dengan tagar #puisigambar di IG). Setelah menayangkan konten secara teratur sehari sekali, ada peningkatan jumlah likes. Pada konten puisi gambar, dahulu satu konten hanya menerima rata-rata 30 likes saja. Selama sebulan terakhir ini bisa mencapai rata-rata 50 likes, bahkan lebih. Itu pun saya belum 100% disiplin, karena kadang-kadang masih ada jeda satu dua hari sebelum penayangan konten berikut. Kemudian, saya juga belum terlalu "patuh" pada manajemen jam posting.

Jika kedua hal tersebut bisa dikelola lebih baik lagi, tidak menutup kemungkinan engagement IG juga bisa lebih tinggi.

Jadi kesimpulannya, untuk optimasi akun IG, kita harus ingat pada kaidah: It's not about me, but it's about the audience. Bukan sekadar keinginan kita untuk posting "suka-suka" tapi kita mengambil posisi audiens, apa yang mereka butuhkan dan bermanfaat bagi mereka dari konten yang kita tayangkan. Jangan lupa membangun tema dan menjaga konsistensi kita.

Semoga bermanfaat (PG)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun