Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soekarno Meninggal Dunia pada Ulang Tahun Jokowi yang ke-9

21 Juni 2020   19:32 Diperbarui: 21 Juni 2020   20:24 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari nasional.kompas.com

Lini masa hari ini (21/6) ramai dengan ucapan Ulang Tahun ke-59 dan doa-doa untuk Presiden Jokowi. Pada media sosial twitter tagar #HBD59Jokowi pun jadi trending topic hari ini.

Tapi mungkin tidak banyak yang menyadari kalau hari ini, tepat 50 tahun yang lalu, proklamator sekaligus presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno atau lebih akrab dengan panggilan Bung Karno juga mengembuskan napas terakhirnya. Bung Karno meninggal karena komplikasi penyakit, salah satunya penyakit ginjal.

Pada masa-masa terakhir hidupnya, beliau juga "menderita" secara batin karena diperlakukan sebagai tahanan rumah dengan penjagaan super ketat di Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala), Jakarta.

Misteri kehidupan dan kematian adalah milik Tuhan. Mungkin kita juga pernah mengalami peristiwa seperti ini. Saat sedang berbahagia bersama salah satu kerabat merayakan ulang tahunnya, tiba-tiba ada berita duka dari kerabat yang lain.

Saya mencoba membayangkan peristiwa bersejarah yang terjadi 50 tahun yang lalu ini. Saat Joko Widodo genap berusia sembilan pada tahun 1970 lalu (entah ada selebrasinya atau tidak) pada saat itu presiden pertama Republik Indonesia sedang berjibaku melawan maut dan pada akhirnya harus mengembuskan napas terakhir sesuai jalan takdirnya.

Mungkin saat itu Joko Widodo kecil belum mengenal sosok fenomenal Bung Karno. Juga mungkin belum punya pikiran sama sekali kalau kelak akan menapaki "jalan perjuangan" yang sama dengan Bung Karno yaitu memimpin bangsa dan negara Republik Indonesia.

Hari ini, Presiden Jokowi harus merayakan ulang tahun di tengah masalah pelik yang sedang dihadapi bangsa. Pandemi yang terus memakan korban, belum masalah ekonomi dan politik, diintai celah kesalahannya oleh para pemburu rente dan banyak masalah lainnya.

Perjuangan Jokowi hari ini memang bukan perjuangan melawan maut seperti yang terjadi pada Bung Karno, 50 tahun yang lalu. Tetapi dari perspektif spiritual, keduanya ditimpa pergulatan batin yang hampir sama karena memperjuangkan bangsa dan negara dalam konteks yang berbeda.

Bung Karno rela melakoni jalan hidup terakhir yang menyedihkan sedangkan Jokowi berjuang melahirkan keputusan-keputusan taktis dan strategis di tengah keadaan genting saat ini, keduanya bertujuan menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa dan negara.

Jadi merayakan hari ini bisa jadi bahan refleksi kita bersama.

Dari empat Presiden RI yang telah berpulang, bisa dikatakan Bung Karno-lah yang paling mengalami masa-masa sulit menjelang kematiannya.

Tak lama setelah serah terima kekuasaan dengan Presiden Soeharto, Bung Karno diperlakukan seperti tahanan politik. Setelah dipindahkan ke Wisma Yaso, Bung Karno dijaga dengan ketat. Aksesnya terhadap informasi diputuskan, sehingga tidak bisa memantau perkembangan keadaan bangsa dan negara. Bahkan kunjungan dari keluarga pun dibatasi. Hal ini membuatnya semakin menderita.

Penderitaan batin cepat atau lambat akan berimbas pada penderitaan lahir. Apalagi Bung Karno juga sudah kerap keluar masuk rumah sakit sebelumnya. Di tambah lagi selama tinggal di rumah tahanan, perawatan kesehatan yang diterimanya juga seadanya saja.

Bahkan setelah meninggal, wasiat untuk memilih tempat pemakamannya di istana Bogor juga tidak diindahkan oleh Presiden Soeharto. Masalah pemakaman pun disikapi dengan pandangan politik, sehingga alih-alih membicarakannya dengan pihak keluarga, Soeharto justru mengundang dan berdikusi dengan para politisi. Keputusannya, Bung Karno dimakamkan di Blitar, di samping makam mendiang ibunya.

Nah, kita memang mesti bersyukur karena Tuhan yang maha baik masih melindungi bapak Presiden kita hingga bertambah lagi usianya hari ini. Tapi selain itu, di hari yang sama kita juga mesti mendoakan sekaligus memperingati kembali tokoh besar bangsa kita, Bung Karno (PG).

---


Referensi:

historia.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun