***
...
dan terbangun dari tidurnya.
Hanya mimpi rupanya!, Dwita berseru dalam hati.
Dia sedikit lebih bahagia karena penanggalan sudah berubah menjadi 15 Februari. Sepertinya dia sudah lebih tegar menghadapi hari baru. HP sudah online kembali, siap menghadapi dunia lagi.
Cowok bukan Rangga seorang, dia memotivasi dirinya sendiri.
Tapi saat meninggalkan pintu rumah dengan balutan seragam sekolah, dia masih penasaran dengan mimpinya semalam. Mimpi itu hanya bunga tidur atau menjadi pertanda sesuatu? Apa benar laki-laki pembawa lilin itu suami dari masa depan?
HP-nya berbunyi. Panggilan dari Norah, sahabatnya, kini sukses mengalihkan pikirannya.
Sementara itu di sudut yang lain. Juned anak Mak Romlah juga sedang bersiap-siap berangkat ke sekolah. Sambil mengikat tali sepatu, dia memandang Dwita yang berjalan menjauh dengan tatapan penuh arti.