Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Memberi Jiwa pada Pelangi

10 April 2018   17:32 Diperbarui: 10 April 2018   17:36 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maka mulailah berkata-kata," sahut Pelantun Puisi.

"Aku tidak bisa. Aku butuh jeda untuk memanggil kata-kata dari udara, sementara pelangi kita sudah nyaris sirna. Kamu saja, puisi-puisimu lahir dari keterkejutan, bukan? Dan selalu hadir tiba-tiba."

Pelantun puisi juga nampak takut tidak bisa menyelamatkan pelangi mereka. Pandangannya sejenak teralih pada bayangan mereka di lantai rooftop. Beberapa detik kemudian, raut wajahnya berubah. Bibirnya menyunggingkan senyuman dan matanya lebih bercahaya.

"Aku tahu sekarang. Pelangi memang butuh jiwa yang ditiupkan kepadanya. Tapi bukan kita yang bisa memberinya jiwa."

"Jadi siapa yang memberinya jiwa?" tanya Pengrajin Cerpen.

Pelantun Puisi berbalik ke belakang sambil tersenyum. "Dia jawabannya, Matahari dan... hujan."

Pengrajin Cerpen terkejut dan ikut menoleh.

"Tanpa matahari dan hujan, pelangi akan kehilangan keindahannya, bahkan pelangi tidak akan pernah ada," ucap Pelantun Puisi lagi. "Saat titik-titik hujan beradu dengan larik cahaya matahari, saat itulah pelangi hadir. Sekarang seiring matahari beranjak ke barat, pelangi kita juga memudar."

"Wah, begitu rupanya..." Pengrajin Cerpen mengangguk-angguk pelan. "...tapi," ucapnya ragu.

"Kenapa, Sayang?"

"Apa kehadiran kita tidak dibutuhkan lagi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun