Mohon tunggu...
Phinsensia Sihotang
Phinsensia Sihotang Mohon Tunggu... Mahasiswa Matematika, Universitas Diponegoro,

Senang membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kreak Menjamur, Masyarakat Resah

22 Oktober 2024   13:03 Diperbarui: 22 Oktober 2024   13:18 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semarang, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, belakangan ini mengalami peningkatan kasus kejahatan, khususnya tindakan "kreak". Kasus ini menjadi perhatian masyarakat dan pihak kepolisian, mengingat dampaknya terhadap keamanan dan ketenangan warga.

PENGERTIAN KREAK

Kreak Semarang tidak memiliki entri di dalam KBBI. Artinya, tidak ada pengertian secara resmi yang menerangkan apa itu kreak Semarang. Istilah ini muncul dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat Semarang.

Di media sosial, ada banyak konten yang membahas tentang kreak Semarang. Salah satunya adalah akun Tiktok @msipnk, salah satu kreator asal Semarang. Menurutnya, kreak Semarang artinya 'kere' dan 'mayak'. Jadi, kreak adalah singkatan dari dua kata, yaitu 'kere' yang artinya miskin dan 'mayak' yang artinya banyak tingkah.

Awalnya, istilah ini disematkan kepada mereka yang menggunakan gaya pakaian, rambut, dan sebagainya di waktu yang tidak tepat. Namun, kini kreak Semarang dijadikan sebagai julukan negatif atas kelakuan para kelompok remaja atau pemuda di Semarang.

Adapun wilayah yang termasuk dalam zona merah kekerasan jalanan di Semarang meliputi: Kelud, Sampangan, Genuk, Jalan Arteri, Jalan MT Haryono, Jalan dr. Cipto, Semarang Utara, Gunung Pati, Gayamsari, Tembalang, Pedurungan,

ANALISIS FAKTOR MARAKNYA KREAK

Munculnya Kreak di masyarakat tentu bukanlah suatu fenomena yang tiba-tiba muncul di lingkungan masyarakat, ada beberapa faktor interdisipliner yang bisa menjadi munculnya sebuah fenomena sosial di masyarakat.

Laporan kepolisian mencatat bahwa sebagian besar kasus kejahatan jalanan yang melibatkan penggunaan kekerasan atau ancaman terjadi pada malam hari, dengan pelakunya seringkali adalah remaja atau kelompok remaja.

Pola ini menunjukkan adanya kecenderungan remaja untuk terlibat dalam perilaku kriminalitas di malam hari, yang mungkin disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kurangnya pengawasan dari orang tua atau otoritas pada malam hari, sehingga memberi kesempatan bagi remaja untuk terlibat dalam kegiatan yang tidak pantas. Selain itu, lingkungan yang gelap dan sepi pada malam hari juga dapat menjadi faktor pendorong bagi remaja untuk melakukan tindakan kriminalitas tanpa ketahuan.

Dalam konteks "Kreak" remaja di Semarang, teori strain dapat digunakan untuk menggambarkan beberapa faktor yang mungkin mendorong remaja terlibat dalam perilaku kriminal. Misalnya, remaja yang tumbuh di lingkungan ekonomi yang kurang sejahtera mungkin mengalami ketegangan karena kesenjangan ekonomi yang besar, di mana mereka merasa sulit untuk mencapai tujuan-tujuan seperti memiliki barang-barang mewah atau gaya hidup yang diinginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun