Mohon tunggu...
Al Huda Savero
Al Huda Savero Mohon Tunggu... Lainnya - Human

Usual human being

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang X

28 Desember 2020   12:54 Diperbarui: 28 Desember 2020   13:19 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin cerita ini agak sedikit berbeda daripada biasanya, yang mana pada umumnya cerita pendek menggambarkan sebuah kejadian yang pernah terjadi.

Ok mari kita mulai kisah ini dengan tokoh utama yakni X, X lahir di keluarga sederhana, ia bercita-cita ingin menjadi seorang guru, ya guru, alasannya memilih guru karena ia merasa cukup berpenglaman dalam hidup.

X tumbuh menjadi seorang pria yang bisa dikatakan biasa-biasa saja, ia tidak terlalu terkenal dilingkungannya, namun bukan berarti seseorang yang tidak terkenal tidak memiliki cerita maupun pengalaman.

Hari-hari yang dilalui X cukup berat, wajar usianya kini menginjak 22, di mana bagi seorang pria usia tersebut memiliki tanggung jawab yang luar biasa, X sadar ia tidak terlalu banyak memiliki pengalaman, terutama pengalaman dalam dunia kerja, karena X adalah orang yang pendiam, namun ia sadar bahwa ia memiliki bakat terpendam yakni ia bisa memahami keadaan sekitar walau hanya dia memiliki sedikit informasi tentang apa yang terjadi di sekitarnya, kata orang sifat ini bernama peka.

Wajah X tidaklah terlalu buruk, walaupun X tidak memiliki daya Tarik maupun daya pikat seperti Brad Pitt, namun ia berusaha menutupi kekurangannya dengan kelebihan yang ia miliki, kita tahu X memiliki sifat peka, namun ada kelebihan lain yang ia miliki, pendengar yang baik dan juga hati yang kuat.

Kita sadar jika seseorang memiliki hati yang kuat, buat berarti dia memiliki fisik yang kuat, karena kalau kalian melihat fisik X, kalian akan tercengang. Fisik X digambarkan dengan fisik yang sederhana, tingginya hanya sekitar 170 cm, berat badannya sekitar 65 kg, tapi kenapa kalian harus tahu fisik X, yak arena ia memiliki penyakit kelainan jantung, apakah itu bertentangan dengan pernyataan hati yang kuat, tentu tidak, meskipun jantung X bermasalah, bukan berarti isi jantung itu bermasalah. Ya itulah kebiasaan manusia, suka melihat dari luarnya saja.

Lantas apa yang menjadi perbincangan dalam kisah ini, tidak ada kisah yang menarik. Baik hal itu sederhana, meskipun tulisan ini hanya sekedar bualan belaka, tapi kita sadar, X sendiri bukanlah sosok yang ada di dunia nyata, namun menariknya jika memang X itu ada di dunia nyata, tentulah X pasti sudah tiada, karena kelainan jantung sendiri merupakan penyakit yang sulit untuk diobati, meskipun ada obatnya, tentu persentasi kesembuhannya akan di bawah 60%, bahkan banyak pengidapnya yang tak sanggup berjuang akhirnya melemah dan putus asa di tengah jalan, mati kata orang.

Kita sadar, hidup bukanlah tentang materi, walaupun materi itu penting, namun ada yang jauh lebih penting dari materi itu sendiri, ya tubuh kita. Tubuh atau jiwa kita adalah bagian terpenting yang kita miliki, karena kita harus menyadarinya, tanpa tubuh kita, materi pun tidak ada gunanya.

Jika kita berbicara tentang hidup, hidup ini mungkin sulit untuk dijelaskan, karena sejatinya kehidupan memiliki banyak versi dan sudut pandang, dan kehidupan itu sendiri tergantung dari versi dan sudut pandang apa yang kita miliki. Layaknya seorang anak kecil yang menyukai permen, anak kecil sering mengatakan bahwa permen itu adalah hidupnya, no permen no life, namun hal sebaliknya terjadi, untuk seorang lansia, apakah permen itu penting, haruskah ia mengatakan no permen no life, mungkin ya dan mungkin no, karena tergantung dari mana ia melihat hal tersebut. 

Jika lansia tersebut sudah mencapai taraf yang paling tinggi, dalam artian ia sudah lelah dengan hidupnya yang selalu getir dan pahit, maka dengan sebuah permen itu bisa menjadi pemanis dalam hidupnya dan ia setuju dengan pandangan anak kecil itu, no permen no life. Namun jika lansia tersebut sadar permen hanya menjadi pemanis buatan dalam hidupnya, maka ia tidak akan setuju dengan selogan tersebut, karena sejatinya ia sadar hidup bukan selalu tentang rasa manis, walaupun ia harus memiliki takdir pahit, ia sadar rasa pahit itu merupakan hasil dari banyaknya rasa manis, ia larut dalam rasa pahitnya sehingga ia lupa begitu banyak rasa manis yang ia miliki namun ia bohongi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun