Mohon tunggu...
Phasa 27
Phasa 27 Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mahasiswa semester 6 prodi BKI di Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kondisi Kehidupan "Anak Manusia Perahu"

1 Mei 2024   13:19 Diperbarui: 1 Mei 2024   13:21 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tribunnews.com/regional/2014/12/05/pemkab-berau-tambah-satu-tenda-untuk-manusia-perahu gambar

Kabupaten Berau, yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Merupakan rumah bagi sejumlah kelompok etnis yang kaya akan budaya dan warisan tradisional mereka. Salah satu kelompok etnis yang mencolok adalah anak manusia perahu, atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Bajau". Mereka adalah komunitas maritim yang tinggal di pesisir dan perairan sekitar Berau, hidup dalam ketergantungan yang erat dengan laut dan memiliki gaya hidup yang unik yang terhubung erat dengan kehidupan bahari.

Anak manusia perahu, dengan kepiawaian mereka dalam navigasi laut dan keterampilan dalam menangkap ikan, telah menjadi bagian penting dari lanskap budaya dan ekonomi Kabupaten Berau. Namun, kehidupan mereka tidak hanya tentang pencarian nafkah dari laut; itu juga tentang kepercayaan, tradisi, dan hubungan yang kuat dengan lingkungan alam mereka. Kehidupan sosial budaya mereka memiliki ciri khas yang unik dan terpengaruh oleh lingkungan laut tempat mereka tinggal. Adapun gambaran umum tentang kehidupan sosial budaya anak manusia perahu di Kabupaten Berau:

  • Keterampilan Laut dan Kehidupan Maritim:Anak manusia perahu biasanya memiliki keterampilan yang sangat baik dalam hal pelayaran, penangkapan ikan, dan kegiatan lain yang terkait dengan kehidupan di laut. Mereka sering tinggal di atas perahu tradisional mereka atau di rumah panggung di pesisir, dan kehidupan sehari-hari mereka sangat tergantung pada laut sebagai sumber kehidupan utama.
  • Sistem Sosial dan Kelembagaan:Masyarakat anak manusia perahu memiliki struktur sosial yang kuat, sering kali didasarkan pada keluarga dan komunitas yang saling mendukung. Mereka juga memiliki lembaga-lembaga adat dan aturan yang mengatur kehidupan sehari-hari, seperti dalam hal perkawinan, pembagian sumber daya laut, dan penyelesaian konflik.
  • Budaya dan Tradisi:Anak manusia perahu memiliki warisan budaya yang kaya, termasuk dalam hal musik, tarian, seni kerajinan, dan mitologi. Mereka sering merayakan berbagai festival dan upacara adat yang berkaitan dengan kehidupan laut, seperti festival perahu dan upacara untuk menghormati roh laut.
  • Agama dan Kepercayaan:Mayoritas anak manusia perahu di Kabupaten Berau menganut agama Islam, meskipun ada juga beberapa yang masih mempraktikkan kepercayaan tradisional atau agama lain. Agama dan kepercayaan mereka sering kali mencerminkan hubungan khusus mereka dengan laut dan lingkungan alam sekitarnya.
  • Pendidikan dan Akses Terhadap Layanan Kesehatan:Meskipun banyak dari mereka yang hidup di daerah terpencil di pesisir, upaya telah dilakukan untuk memberikan akses pendidikan dan layanan kesehatan kepada masyarakat anak manusia perahu. Namun, masih ada tantangan dalam hal aksesibilitas dan ketersediaan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan mereka.

Kehidupan sosial budaya anak manusia perahu di Kabupaten Berau mencerminkan ketergantungan yang kuat pada laut sebagai sumber kehidupan utama mereka, serta memiliki kekayaan budaya yang unik yang perlu dilestarikan dan dihargai. Sebagian besar anak manusia perahu tinggal di daerah terpencil di sepanjang pesisir Berau, yang seringkali sulit diakses oleh layanan pendidikan dan kesehatan. Ini dapat menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan akses terbatas terhadap perawatan kesehatan yang berkualitas bagi komunitas mereka. 

Anak manusia perahu mengandalkan laut sebagai sumber utama kehidupan mereka, tetapi penangkapan ikan yang berlebihan dan praktik penangkapan yang merusak lingkungan telah menyebabkan penurunan stok ikan. Hal ini mengancam keberlanjutan sumber daya laut yang menjadi tulang punggung ekonomi dan kehidupan sosial mereka. Perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut mengancam keberlanjutan pemukiman tradisional mereka di daerah pesisir. Hal ini dapat menyebabkan pengungsian paksa dan hilangnya warisan budaya yang terkait dengan kehidupan maritim mereka. 

Meningkatnya pengaruh modernisasi dan globalisasi, termasuk penetrasi teknologi dan budaya asing, dapat mengancam kelestarian tradisi dan nilai-nilai budaya anak manusia perahu. Hal ini bisa memicu konflik identitas antara tradisi dan modernitas di kalangan generasi muda. Adanya ketidaksetaraan sosial dan ekonomi antara anak manusia perahu dan komunitas lainnya dapat menyebabkan marginalisasi dan diskriminasi terhadap mereka. Akses terbatas terhadap sumber daya dan peluang ekonomi dapat menghambat perkembangan sosial dan ekonomi komunitas mereka.

 

Kehidupan sosial budaya Anak Manusia Perahu di Kabupaten Berau memiliki keunikan dan kompleksitas tersendiri. Mereka memiliki berbagai tantangan, seperti marginalisasi, perubahan sosial, dan ancaman lingkungan. Namun, ada juga berbagai upaya yang dilakukan untuk membantu mereka.

Penting untuk terus menjaga dan melestarikan budaya Anak Manusia Perahu, serta membantu mereka untuk mendapatkan akses terhadap hak-hak dasar mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun