Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pidato Kebangsaan Prabowo Subianto Menakar Kompetensi dan Visioner Capres

15 Februari 2019   14:15 Diperbarui: 15 Februari 2019   14:34 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto tampil di (www.tribunnews.com)

Yang pasti artikel ini saya tulis sebelum capres No.02 - Prabowo Subianto menyampaikan pidato kebangsaannya di Universitas Kebangsaan -- Semarang, Jumat (15/2). Termasuk saya juga tidak tahu pokok materi yang bakal disampaikan capres No.02 dalam pidato kebangsaannya.

Sebelumnya, capres No.02 ini juga menyampaikan pidato kebangsaan menjelang debat pertama pada 17 Januari lalu. Pidato bertajuk Indonesia Menang itu disampaikan di JCC, Senayan, Jakarta.

Terlepas dari apapun itu materi yang disampaikan Prabowo, setidaknya dari sini kita (baca: rakyat) akan mengetahui dan membaca sejauhmana kopetensi dan visioner capres.

Rakyat di sini tidak cuma dipertontonkan hanya grudak-gruduk bikin deklarasi dukungan sana-sini, atau grusa-grusu bikin statement yang berujung blunder, atau sekedar dipertontonkan akrobatika simulasi pencitraan diri.

Saya pun kembali diingatkan saat Pilpres 2014, di mana Prabowo juga menerima undangan seniman, cendikiawan dan budayawan dalam "Dialog Kebudayaan bersama Capres dan Cawapres" di Taman Ismail Marzuki (TIM) -- Jakarta, Sabtu (28/6), yang diprakarsai oleh Federasi Teater Indonesia (FTI) dan Bale Sastra Indonesia (BSI).

Dalam acara dialog kebudayaan ini yang berlangsung hampir dua jam, dipandu oleh moderator Benny Yohanes dosen jurusan teater di STSI Bandung, Prabowo tampil memukau paparkan visi kebudayaannya menjawab pertanyaan kritis para penelis yang terdiri dari cendikiawan dan budayawan terkemuka seperti seperti sejarahwan Prof Taufik Abdullah, sastrawan Prof Abdul Hadi WM, pengamat sosial Prof Tamrin Amal Tomagola, Prof Meutia Hatta, penyair KH Zawawi Imron dan budayawan Radhar Panca Dahana.

Sayangnya Jokowi dari capres No.2 ini yang diundang digelar acara dialog kebudayaan ini tidak hadir. Padahal sebagaimana kita ketahui pasangan No.2 ini dalam visi misinya mengusung dan selalu bicara tentang doktrin Trisakti-nya Bung Karno.

Seyogjanya Jokowi atau pasangan No.2 sebagai pengususng doktrin Trisakti -- Bung Karno ini paling responsif menyambut undangan pihak penyelenggara dialog kebudayaan calon presiden.

Di sini saya sengaja tidak mengutip paparan Prabowo menjawab pertanyaan panelis. Justru saya lebih mengapresiasi nyali atau keberanian Prabowo datang memenuhi undangan pihak penyelenggaran untuk tampil di dialog kebudayaan calon presiden.

Setidaknya kehadirannya ini telah menjawab apa adanya pertanyaan dan rasa ingin tahu kalangan seniman dan budayawan seputar visi kebudayaan calon presiden Prabowo Subianto.

Setidaknya penampilan Prabowo di dialog kebudayaan calon presiden ini bukan hanya telah menjawab pertanyaan para panelis yang terdiri dari cendekiawan dan budayawan terkemuka terkait paparan visi kebudayaannya sebagai calon presiden, selain itu keberanian mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad hadir di acara ini patut mendapat apresiasi dan diacungi jempol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun