Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sawung Jabo Gelar "Anak Wayang" di UGM

11 Desember 2014   08:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:33 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14182356341454272509

[caption id="attachment_358883" align="aligncenter" width="300" caption="Sawung Jabo: Sudah Merenungkah Kau Tuan? (foto: Alex Palit)"][/caption]

Hari ini (Kamis, 11/12), seniman Sawung Jabo dan Sirkus Barock kembali akan tampil menggelar pertunjukkan “Anak Wayang” di Gedung Purna Budaya – Universitas Gajah Mada UGM), Yogyakarta. Saya kembali teringat saat nonton pertunjukkan mereka di Graha Bhakti Budaya – Taman Imail Marzuki (TIM ) - Jakarta, 10 Mei lalu. Saya rasa materi pertunjukkan “Anak Wayang” di UGM ini tak beda saat manggung di TIM, tetap sarat pesan, perenungan dan kritik sosial, sebagaimana Jabo katakan, kami punya cara dan bahasa sendiri untuk menyampaikan pendapat yang terlahir dari hasil perenungan kami bersama. “Kami menyadari hidup semakin kering, asing dan bising, dan kami menolak jadi sinting,” ujarnya.

Dalam pertunjukkan itu, penampilan Jabo tak seperti biasa yang suka petakilan di atas panggung, kali ini ia lebih khusuk, sepanjang pertunjukkan lebih banyak duduk di bangku, lebih mengajak penonton pada suasana berhening diri dan berkontempaltif. Disesuaikan dengan tema pertunjukkan; Anak Wayang – Belajar Mamaknai Hidup. Dalam pagelaran ini, Jabo Sekitar 20 lagu ia senandungkan.

Musik (lagu) itu sendiri tidak sekadar pengharmonisasian instrumentasi bunyi atau asal genjrang-genjreng, musik adalah ekpresi batin didalamnya juga mengandung ekspresi luapan emosional, gagasan, pesan, perenungan, bahkan kritik sosial. Dan itu banyak ditemui di lagu-lagu ciptaan Sawung Jabo. Termasuk pada pilihan lagu kala Jabo menggelar “Anak Wayang”, bagaimana ia memadukan lagu bertemakan perenungan hidup dan kritik sosialnya yang tentunya memiliki nilai kontekstual dengan realita hari ini.

Bahasa musik adalah bahasa yang mengatasi ruang dan waktu. Bahkan dalam waktu tertentu, bahasa musik menemukan nilai realitas kontekstualnya pada saat ini. Di mana secara kontekstual pesan yang terkandung dalam bahasa musik yang ingin disampaikan langsung terhubung situasi saat ini, termasuk kritik sosial yang ingin disampaikan.

Selain lagu-lagu bertemakan perenungan hidup, salah salah lagu di pagelaran “Anak Wayang” sarat muatan kritik sosial adalah “Sudah Merenungkah Kau Tuan?”. Yang pasti muatan kritik sosial lagu ini begitu mengena dan sangat kontekstual dengan realita politik di hari ini, “Sudah Merenungkah Kau Tuan?”;

Sudah merenungkah kau tuan?

Sebelum kau tidurkan diri dirimu, jernihkan pikiranmu tuan

Sebelum kau buka mulutmu

Tuan tanyalah pada Tuhan, sebelum kau jatuhkan putusan

Jangan tutup mata, jangan tutup telinga

Jangan pura-pura tidak tahu

Ada yang terluka, ada yang binasa

Oh ya lihatlah

Apa yang sudah terjadi, apa yang sedang terjadi

Apa yang akan terjadi di tanah airku

Matikah nuranimu tuan, tak mampu merasakan cinta

Butakah jiwamu tuan, tak bisa memahami kenyataan...!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun