Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Janji Jokowi untuk Papua

2 Januari 2015   00:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:01 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada masa kampanye pemilihan anggota legislatif, tepatnya 5 April 2014, Jokowi datang untuk pertama kalinya di tanah Papua. Waktu itu, di Jayapura, Jokowi berorasi di lapangan PTC Entrop. Dua bulan kemudian, tepatnya, 5 Juni 2014, saat kampanye pemilihan presiden, Jokowi kembali menginjakkan kakinya di bumi Cenderawasih. Kali ini, Jokowi bertemu dengan relawan dan simpatisan di gedung olah raga Waringin, Kotaraja. Pada kunjungannya yang kedua tersebut, Jokowi bilang: “Kalau cari suara, saya tidak ke Papua. Ini bukan masalah suara. Ini masalah perhatian. Ini simbol bahwa bagi saya Papua itu sangat penting bagi Indonesia.”Setelah terpilih pada Pilpres 9 Juli 2014, dan dilantik pada 20 Oktober 2014 silam, pada 27 Desember 2014, Jokowi kembali ke tanah Papua untuk merayakan Natal bersama segenap rakyat Papua.

Sebelum puncak acara, Jokowi terlebih dahulu meletakkan batu pertama pembangunan pasar di Sentani dan pasar untuk Mama-Mama Pedagang Asli Papua di kota Jayapura. “Tadi sore saya sudah meletakkan batu pertama pembangunan pasar di Sentani sesuai dengan janji saya, dan akan diikuti dengan peletakan batu pertama untuk empat pasar yang lain yang ada di tanah Papua. Supaya pasar tidak kalah dengan mal,” ungkapnya mengawali sambutannya dalam perayaan natal tersebut. Jokowi juga bilang bahwa dirinya memiliki komitmen, setiap tahun minimal tiga kali mengunjungi tanah Papua. “Saya sampaikan sekalian, setiap tahun saya akan ke Papua minimal 3 kali. “Nanti kira-kira, saya ke sini baru dua kali, tagi, tambah satu lagi. Minimal tiga kali,” tandasnya.

Pada perayaan Natal inilah, untuk pertama kalinya Jokowi menyinggung peristiwa Paniai berdarah pada 8 Desember 2014 silam. Jokowi membutuhkan waktu sembilan belas hari untuk bicara tentang kasus Paniai yang menewaskan empat pelajar dan puluhan warga luka-luka. “Dan di tengah perayaan Natal ini, saya ingin menyampaikan menyesalkan terjadinya kekerasan di Enarotali, di Kabupaten Paniai, baru-baru ini. Saya ikut berempati terhadap keluarga korban kekerasan, dan saya ingin kasus ini diselesaikan secepat-cepatya. Agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang,” ungkapnya.

Selain itu, kehadiran Jokowi menjadi lebih menarik karena pada pidatonya itu, ia memberikan sinyal akan selalu mendengarkan suara rakyat Papua. Bahkan ia memiliki komitmen untuk membangun semangat mendengarkan dan berdialog dengan orang Papua. “Semangat untuk mendengar dan berdialog dengan hati. Inilah yang ingin saya gunakan sebagai fondasi untuk menatap masa depan Tanah Papua, karena saya melihat rakyat Papua tidak hanya membutuhkan pelayanan kesehatan, tidak hanya membutuhkan layanan pendidikan, tidak hanya membutuhkan pembangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan saja. Namun rakyat Papua juga butuh didengar dan diajak bicara. Itulah sikap dasar saya dalam membicarakan setiap persoalan-persoalan yang ada di Papua,” ungkapnya dalam perayaan Natal tersebut.

Jokowi juga bilang bahwa konflik harus diakhiri dan perlu membangun sikap saling percaya. Ia mengajak kelompok pro Papua merdeka untuk kembali membangun tanah Papua tercinta. “Kita ingin semuanya kita akhiri konflik, jangan ada lagi kekerasan. Marilah kita bersatu, yang masih di dalam hutan, yang masih berada di atas gunung-gunung, marilah kita bersama-sama membangun Papua sebagai Tanah Yang Damai. Marilah kita pelihara rasa saling percaya di antara kita, sehingga kita bisa berbicara dengan suasana yang damai, dan sejuk. Karena dengan cara itulah, Natal akan membawa kabar baik bagi kita semuanya.”

Pidato Jokowi ini direkam dengan sangat baik dalam memori segenap rakyat Papua.Mulai hari ini, 1 Januari 2015 dan hari-hari mendatang, orang Papua hendak melihat komitmen Jokowi untuk merealisasikan janjinya pada perayaan Natal ini. Orang Papua berharap apa yang dikatakan oleh Jokowi dapat diikuti dengan tindakan konkret untuk menyelesaikan permasalahan Papua secara menyeluruh. Jangan sampai Jokowi sama seperti para presiden sebelumnya, yang hanya menebar janji-janji palsu untuk orang Papua.

Hal paling menarik dari pidato Jokowi pada perayaan Natal tahun 2014 ini adalah adanya sinyal untuk berdialog dengan orang Papua. “Semangat mendengar dan berdialog dengan hati.” Itulah ungkapan Jokowi yang menunjukkan simpati dan komitmennya untuk menyelesaikan permasalahan Papua secara menyeluruh. Komitmen Jokowi ini perlu didukung oleh segenap orang Papua dan semua faksi perjuangan di tanah Papua. Bahwa untuk mencapai masa depan Papua yang lebih baik, dialog menjadi alternatif utama yang harus ditempuh. Kekerasan dan konflik hanya mendatangkan penderitaan berkepanjangan bagi orang Papua, sehingga harus diakhiri. Papua harus berani membuka lembar baru sejarahnya untuk menatap masa depan yang lebih baik.

Tampak bahwa Jokowi sudah memberikan ‘tanda-tanda’ baik untuk memulai dialog yang intensif. Segenap orang Papua perlu menyambutnya dengan antusias, tanpa curiga. Sikap saling percaya harus dibangun agar upaya menuju dialog ‘dengan hati’ dalam bahasa Jokowi bisa terwujud. Orang Papua harus bersatu. Orang Papua harus memiliki satu suara tentang masa depan Papua yang lebih baik. Untuk merajut persatuan orang Papua dan menyamakan persepsi tentang Papua yang lebih baik seperti apa, merupakan tanggung jawab segenap komponen rakyat Papua, terutama orang asli Papua.

Semoga komitmen Jokowi untuk menyelesaikan permasalahan Papua segera terwujud sehingga Papua benar-benar menjadi tempat yang aman dan damai untuk setiap manusia. Untuk mencapainya, perlu kerja keras dan dukungan semua pihak yang tinggal di atas tanah Papua. Ketika ada komitmen, saling percaya dan saling menghormati antara pemerintah Indonesia, sebagaimana yang diungkapkan Jokowi pada perayaan Natal, 27 Desember 2014 di Mandala dan orang Papua, yang selama ini berjuang menuntut keadilan, maka jalan menuju Papua tanah damai makin terbuka lebar.

Abepura, 01-01-2015; 19.20 WIT

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun