Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tantangan dan Strategi Meningkatkan Toleransi Masyarakat di Dunia Digital

6 Desember 2021   04:49 Diperbarui: 6 Desember 2021   06:15 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang memicu orang bertindak intoleransi, baik di dunia nyata maupun di konten digital? Ada dua hal pemicu:

  • Tingkat pemahaman, penafsiran dan pengamalan nilai-nilai agama! Indoktrinasi agama sebagai satu-satunya kebenaran mutlak memicu terjadinya fanatisme sempit, yang berujung pada sikap intoleransi.
  • Tidak mau mengakui kemajemukan, keberbedaan. Orang hidup dalam lingkup pikirannya, tanpa memandang dunia sekitar yang berbeda. 
  • Pendidikan pluralisme yang tergerus dunia global, modern yang cenderung individualistik. Saat ini, generasi milenial berlomba-lomba menjadi influencer, youtuber dengan konten-konten yang acapkali tidak mendidik dan mengantar  orang menerapkan sikap toleransi.
  • Dll....(kita bisa menambahkannya sendiri) 

Kita telah melihat dan mengalami realitas pikiran, sikap dan tindakan intoleransi, baik di dalam kehidupan sosial maupun di dunia digital, apa yang bisa kita lakukan untuk membangun budaya toleransi khususnya di dunia digital?

  • Menegakan penghayatan dan pengamalan Pancasila!  Pancasilan memuat seluruh unsur hak asasi manusia. Kemanusiaan universal ada di dalam lima sila Pancasila. Maka, terapkan dan laksanakan nilai-nilai Pancasila!
  • Meningkatkan pendidikan humaniora dan budi pekerti di kalangan generasi muda milenial, mulai dari tingkat SD-PT dan pemuda ormas kemasyarakatan.
  • Merefleksikan Penderitaan manusia: kemiskinan dan perusakan alam harus menggerakkan solidaritas dan toleransi di antara umat manusia di Indonesia untuk mengembangkan sikap empati dan toleransi. Bangkit, berdiri dan berjuang bersama untuk keluar dari kemelaratan dan kemiskinan hidup.

3) Menjadi pribadi yang memiliki toleransi di dunia digital  

Kita bertanya, "Bagaimana cara menjadi pribadi yang tolera, di dunia nyata dan dunia digital?" Sebelum kita bergerak ke dunia digital, yang terhubung dengan manusia sejagat, kita berada di dunia lingkungan sosial, berbaur dalam keluarga, masyarakat sekitar. Di sana, kita berjumpa, bertatap muka dengan manusia lain, di luar diri dan hidup kita. Pada ruang dan waktu tersebut, kita membangun dan menerapkan sikap toleransi.

Kemudian, kita beranjak ke luar! Kita memegang HP dan sesaat kemudian, kita berselancar di dunia digital. Di sana, kita masuk ke ruang hidup kita di dunia maya: ada fb, twitter, instagram, WA, telegram, dll. Kita terhubung dengan manusia sedunia di dunia maya.

Secara khusus, di Indonesia, termasuk Papua, kita melihat dan mengalami bahwa orang telah akrab dengan handphone android. Meskipun di beberapa wilayah di Indonesia jaringan internet masih terbatas, tetapi narasi dunia digital merupakan hal lumrah. Karena itu, perlu ada pendidikan, pembinaan terhadap setiap pribadi agar memiliki jiwa dan semangat toleransi, khususnya pada saat menggunakan mendia digital.

Ada beberapa poin penting untuk menjadi pribadi yang memiliki jiwa toleransi di dalam dunia digital:

  • Memiliki dan mengembangkan sikap terbuka terhadap realitas kemajemukan di sekitar kita. Ketika kita terbuka menerima perbedaan di sekitar kita, maka nilai-nilai dan semangat toleransi mulai tumbuh di sana.
  • Menerapkan pendekatan pluralisme di dalam keluarga-keluarga. Di dalam keluarga-keluarga, orang tua, kakak, adik, perlu mengembangkan ruang diskusi, ruang mengemukakan pendapat. Orang bebas mengungkapkan ide tanpa tekanan dan indoktrinasi sempit.
  • Bijaksana dalam menggunakan media sosial. Sebelum membuat konten di Youtub atau di fb, twitter, instagram, perlu melakukan pemilahan tujuan dan isi konten. "Saya membuat konten ini untuk siapa? Untuk apa? Apa dampaknya terhadap perubahan sosial ke arah yang lebih baik? Apakah konten yang saya tulis mengandung unsur sara atau tidak?"
  • Menghormati martabat pribadi manusia. Manusia memiliki martabat luhur dan mulia. Setiap ruang gerak hidup kita di dunia digital, hendaklah memuliakan, mengangkat harkat dan martabat manusia setinggi-tingginya! Bukan sebaliknya, merendahkan martabat manusia!

Penutup

Kita sudah bicara tantangan dan strategi meningkatkan tolerasi di dunia digital. Apa yang dapat kita belajar dari sharing kita ini? Saya mau mengakhiri perjumpaan dan sharing kita ini dengan pesan kemanusiaan universal ini.

1. Martabat luhur manusia. Hendaklah kehadiran dunia digital (internet), membantu kita memelihara dan menghormati martabat luhur pribadi kita sebagai manusia. Pada titik ini, perlu kebijaksanaan mengelola dan memanfaatkan jaringan internet. Kita manusia yang menciptakan internet untuk kebutuhan perbaikan kualitas hidup kita. Maka, jangan sampai kita menggunakan internet untuk merusak martabat pribadi manusia yang luhur dan mulia di hadapan Sang Pencipta. 

2. Nilai kemanusiaan universal. Kita perlu menerima perbedaan sebagai anugerah dari Sang Pencipta. Penghayatan demikian, hendaklah mengantar kita semakin menerima dan menghormati sesama yang berbeda, tanpa mempersoalkan, "mengapa orang lain berbeda dari saya?" Meskipun berbeda, kita berasal dari Sang Pencipta, maka kita syukuri dan mengembangkan nilai-nilai cinta kasih, persaudaraan, penerimaan dan penghormatan terhadap sesama kita tanpa pamrih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun