Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahbiskan Imam dan Diakon, Uskup Agats Serukan Keberpihakan kepada Kaum Miskin dan Terlantar

4 Februari 2020   16:56 Diperbarui: 4 Februari 2020   17:03 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uskup keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM bersama imam dan diakon tertahbis di gereja Kristus Raja Mbait, Minggu, (02/02/2020). Dokpri.

Pada perayaan tahbisan imam dan diakon kali ini, calon tertahbis memilih tema, "Dipanggil untuk Melayani demi Kerajaan Allah." Selaras dengan tema tersebut, Mgr. Aloysius Murwito OFM dalam khotbahnya mengajak segenap umat yang hadir, secara khusus calon imam dan diakon yang akan ditahbiskan untuk senantiasa mempraktekkan hidup suci dalam seluruh karya pelayanannya.

"Bapak Uskup ingin sedikit memberikan renungan mengenai hidup yang suci dan kudus ini. Memang kita berharap supaya anak-anak kita, pemuda-pemuda kita ini hidupnya menjadi kudus, tanpa cacat. Ini sebuah cita-cita, tetapi sesungguhnya itu adalah rencana Tuhan sendiri dan bukan hanya berlaku untuk anak-anak kita, tetapi juga berlaku untuk kita semua sebagai warga Gereja, khususnya orang-orang yang telah dibaptis. Tuhan Allah menghendaki agar kita semua melalui cara hidup kita masing-masing, ada yang hidup berkeluarga, ada yang hidup membujang, seperti kaum religius atau kaum rohaniwan, ada orang yang bekerja di lingkungan pemerintahan, ada seorang Mama yang hidup di dalam rumah tangga untuk menjadi orang-orang suci, orang-orang kudus menurut cara hidup kita masing-masing," tuturnya.

Ia mengatakan bahwa menurut cara hidup seorang imam dan diakon yang juga nanti ditahbiskan menjadi imam, mereka juga dipanggil menjadi kudus. Ini rencana Allah yang besar dan luhur, yang patut kita syukuri. Tuhan menginginkan putra-putriNya, umat-Nya tidak terkecuali orang yang jatuh dalam kelemahan dan dosa tetap terbuka terhadap panggilan menjadi suci.

Uskup menjelaskan bahwa kekudusan itu bukan milik Uskup, bukan milik para Pastor dan Suster saja. Kekudusan tidak sama dengan orang-orang yang menarik diri dari dunia rame lalu berdoa saja. Tidak identik seperti itu. Doa perlu dan penting, tetapi tidak sama dengan hidup yang ditandai dengan kesucian. Kekudusan dan hidup suci, tidak lain dan tidak bukan adalah hidup yang disemangati oleh cinta kasih yang telah ditunjukkan dan dinyatakan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Itulah sesungguhnya hidup kudus.

"Orang yang sungguh mau membaktikan seluruh hidupnya, baik kata-katanya maupun tindakan-tindakannya, tugas-tugasnya maupun kesaksian seluruh hidupnya yang disemangati oleh cinta kasih; yang tidak didasari oleh alasan-alasan yang terselubung, yang ujung-ujungnya adalah menginginkan untuk dilayani dirinya sendiri, mencari kepentingan-kepentingan sendiri, tetapi sungguh dengan sebuah tekad dan komitmen mau membaktikan seluruh hidupnya menurut cara hidup kita masing-masing, agar nama Allah semakin dibesarkan dan dimuliakan, maka orang itu adalah orang kudus," tegas Uskup yang  pernah menjadi Magister Frater-Frater OFM Papua di Jayapura ini. 

 Menyuarakan Jeritan Kaum Miskin

Kesucian hidup mendapatkan kepenuhannya dalam pelayanan kepada kaum paling rentan, orang-orang miskin dan terlantar. Mereka yang terlupakan dan terabaikan. Orang-orang yang suaranya tidak didengarkan di tengah kehidupan sosial masyarakat. Orang-orang papah semacam itu menyerahkan seluruh hidupnya pada penyelenggaraan Allah. Karena itu, imam dan diakon yang mendapatkan tahbisan imamat dan diakon perlu berpihak pada orang-orang kecil ini.

Uskup Alo menegaskan bahwa orang tua dan keluarga telah mengantar calon imam dan diakon ke gereja Mbait untuk ditahbiskan menjadi imam dan diakon. Apa yang telah dimulai di dalam Sakramen Pembaptisan mau ditegaskan kembali di dalam tahbisan imamat ini. Hidup kita dihayati, baik dengan kata dan dengan tindakan untuk kebesaran Tuhan.

"Tuhan yang mahakasih, ini penting sekali dipupuk dan dikembangkan, bukan sekedar sebuah paham, tetapi sungguh merupakan pengalaman bahwa Allah itu mahakasih. Allah yang sungguh mendatangi hidup kita secara pribadi. Itu kalau menjadi sebuah pengalaman pribadi, tekad dan komitmen Saudara semakin besar dalam menjalankan tugas yang luhur ini. Membesarkan Allah berarti membesarkan saudara-saudara kita, umat kita yang nanti dipercayakan kepada Anda. Seperti tadi dikatakan oleh Simeon, yang mewakili banyak orang, yang rindu akan pelepasan, rindu akan pembebasan, begitulah situasi umat kita dimanapun kita ditempatkan dan diutus. Ada sebuah kerinduan/pelepasan. Ada sebuah kerinduan pembebasan," tandasnya.

Ia mengatakan orang-orang kecil mungkin tidak dengan suaranya menyampaikan penderitaannya, tetapi hidupnya masih dirasakan sebagai sebuah jeritan. Sebab, masih ada kuk yang dipikul oleh mereka. Mereka masih menanggung penderitaan yang menginginkan tanggapan-tanggapan dari Pastor-Pastor dan Diakon.

Di bidang kesehatan, banyak orang sakit. Di bidang sosial ekonomi, kebutuhan dasar belum terpenuhi. Di bidang sosial, relasi masih lemah dan belum rukun. Kita diajak dan ditantang agar mempunyai kepekaan dan tanggap terhadapnya. Kita tidak boleh melarikan diri dari situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun