Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penggerak di Belantara Asmat

28 Februari 2018   04:16 Diperbarui: 28 Februari 2018   07:54 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama pemerintah kampung, Bamuskam, guru, tokoh adat dan agama dengan Landasan Papua, usai rapat pembentukan Tim Penyusun RPJM Kampung Beriten, 19 September 2017. Dokpri

Meskipun baru dua tahun memimpin Beriten, Paulus telah membenahi wajah kampung Beriten. Niatnya mengubah wajah Beriten menjadi lebih baik dimulai dari dalam keluarga. Ia memiliki lima orang anak. Kelima anaknya semua mengenyam pendidikan. Anak pertama bekerja di kantor Bupati. 

Anak kedua kuliah keperawatan di Politekes Jayapura. Anak ketiga SMA. Anak keempat SMP dan anak kelima SD. "Saya memberi contoh bahwa anak-anak harus sekolah supaya kampung bisa maju. Semua itu saya mulai dari dalam saya punya keluarga supaya kalau saya bicara kepada masyarakat mereka bisa lihat contoh yang saya sudah lakukan," tuturnya.

Paulus menegaskan bahwa pendidikan sangat penting. "Kalau anak-anak tidak sekolah kampung Beriten mau jadi apa? Kemajuan suatu kampung ditentukan oleh pendidikan. Cukup saya saja yang tidak sekolah. Saya punya anak-anak di kampung Beriten ini harus sekolah," tuturnya. 

Paulus telah memikirkan bahwa dirinya akan mencanangkan kampung Beriten sebagai kampung wajib sekolah. Anak-anak usia sekolah wajib ke sekolah. "Saya akan kerja sama dengan Linmas supaya mencari anak-anak yang tidak ke sekolah dan membawanya ke sekolah," tutur pria yang selalu tampak serius ini.

Foto bersama pemerintah kampung, Bamuskam, guru, tokoh adat dan agama dengan Landasan Papua, usai rapat pembentukan Tim Penyusun RPJM Kampung Beriten, 19 September 2017. Dokpri
Foto bersama pemerintah kampung, Bamuskam, guru, tokoh adat dan agama dengan Landasan Papua, usai rapat pembentukan Tim Penyusun RPJM Kampung Beriten, 19 September 2017. Dokpri
Kemauan mengubah wajah kampung Beriten mendorong Paulus selalu melibatkan para guru dalam berbagai kegiatan di kampung. Ia pun mengajak masyarakat untuk memberikan rasa aman kepada para guru. "Dalam setiap kegiatan, saya melibatkan para guru, termasuk majelis gereja," tuturnya saat berbagi pengalaman kepada para kepala kampung se-Distrik Agats, 24/8 silam.

Paulus menuturkan bahwa dalam melaksanakan tugas sebagai kepala kampung, dirinya tidak mengutamakan uang (ensa), melainkan kerja sama semua pihak. Sebab, hanya melalui kerja sama kampung bisa berkembang dan maju. Sebagai kepala kampung, ia memperhatikan berbagai kekurangan sekolah dan gereja. "Pemerintah sudah memberikan uang ke kampung sehingga kampung yang harus memperhatikan berbagai kebutuhan pembangunan kampung, termasuk sekolah dan Gereja," tuturnya.

Di hadapan Bupati Asmat, Elisa Kambu saat launching Beriten sebagai kampung Penggerak pada 5 September 2017 silam, Paulus menuturkan bahwa dirinya mengelola keuangan kampung secara terbuka. "Pada saat dana desa cair, saya ambil di bank. Kemudian, saya bawa ke rumah adat (Jew). Di sana saya letakkan uang dan kami atur sesuai program yang telah disepakati," tuturnya.

Keterbukaan Paulus sebagai kepala kampung Beriten patut diacungi jempol. Ia memperhatikan pendidikan SD Inpres Beriten dengan mengalokasikan 50 juta rupiah setiap tahun untuk keperluan SD Inpres Beriten. Biasanya dana tersebut cair selama dua tahap, yaitu tahap pertama di bulan Juli dan tahap kedua di bulan November. Dana yang diserahkan oleh Paulus dikelola oleh sekolah untuk berbagai kebutuhan sekolah yaitu pemberian makanan tambahan untuk anak-anak, seragam siswa, buku tulis dan pensil.

Terkait alokasi dana untuk SD Inpres Beriten, Paulus mengambil kebijakan tersendiri. Ia membagi dana tersebut dengan anak-anak Beriten yang sedang mengenyam pendidikan di bangku SMP, SMA dan perguruan tinggi. "Saya alokasikan dana untuk sekolah 50 juta. Dari dana tersebut, 30 juta untuk anak-anak SD Inpres Beriten dan 20 juta untuk anak-anak SMP, SMA dan mahasiswa. Untuk anak-anak SMP dan SMA, saya langsung antar mereka untuk belanja buku, bolpen, sepatu dan berbagai keperluan sekolah lainnya. Sedangkan untuk mahasiswa, saya kirim 500 ribu untuk setiap mahasiswa," tuturnya bersemangat.

Khusus untuk pelayanan kesehatan, Paulus masih berusaha menghadirkan petugas kesehatan di Beriten. "Pemerintahan kampung Beritan sudah menjalin kerja sama yang bagus dengan guru dan majelis Gereja, tetapi saya masih berusaha menghadirkan petugas kesehatan. Saya sudah menyampaikan kepada kepala Puskesmas Agats, tetapi masalahnya sekarang gedung Puskesmas Pembantu (Pustu) sedang ditempati oleh kader kesehatan Beriten. Saya sedang berusaha supaya kader kesehatan keluar sehingga ada petugas kesehatan yang bisa tinggal dan melayani masyarakat Beriten," tuturnya.

Paulus menambahkan, meskipun sampai saat ini pihak Puskesmas Agats dan Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat belum menyediakan tenaga kesehatan dengan alasan tempat tinggal, tetapi salah satu anaknya akan menyelesaikan pendidikan keperawatan di Politekes Jayapura pada tahun 2018, sehingga bisa ditempatkan di Beriten. "Saya punya anak akan selesai dari sekolah keperawatan, sehingga saya akan minta dia bertugas di Beriten," tambah Paulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun