Permulaan dari pemikir Kristen di Timur diawali oleh para apologit seperti Aristoteles dari Athena, Yustinus Martir, dan Tatianus dari Asur. Apologit adalah suatu gelar atau sebutan bagi pembela Kristen. Apologit hadir sebagai jawaban atas tuduhan-tuduhan salah yang dilemparkan kepada umat Kristen. Selain para Apologit, Patristik Timur masih memiliki beberapa pemikir seperti Irenaeus, Klemens dari Alexandria, Origenes, Gregorius dari Nazianze, Basilius Agung, Gregorius dari Nyssa. Pada Patristik Timur akan dilihat pemikiran Gregorius dari Nyssa.
Gregorius dari Nyssa (390)
Gregorius memiliki beberapa konsep pemikiran tentang hubungan antara iman dan pengetahuan. Namun di sini akan dibatasi pada dua pemikiran saja yakni:
- Konsep Allah Tritunggal
- Konsep Allah Tritunggal bagi Gregorius ialah tidak menggambarkan bahwa adanya tiga Allah melainkan adanya tiga pribadi Allah yang satu. Ketiga pribadi itu dapat dibedakan dengan melihat hubungan mereka satu sama lain. Â Hubungan mereka itu kiranya dapat dilihat dari pemikiran Gregorius:
- Namun Gregorius memahami juga bahwa ketiga sifat Allah itu yakni Trinitas dapat berbagi dalam kesatuan kodrat Ilahi. Di sini mau dijelaskan bahwa ketiga sifat Allah itu kodratnya sama dan tidak yang lebih rendah atau lebih tinggi antara satu dan yang lainnya.
- Konsep akan iman dan pengetahuan.
Bagi Gregorius, iman dan pengetahuan itu berbeda. Hal ini dilihat dari aspek yang digunakan bahwa iman menggunakan dan mengarahkan perasaan kepada sang ilahi, sedangkan pengetahuan menggunakan dan mengarahkan akal untuk sampai pada kebenaran yang nyata. Sekalipun demikian pengetahuan ikut ambil bagian dalam perumusan iman akan Allah. Pengetahuan membantu menjabarkan iman, menunjukkan kebenaran-kebenaran yang mendasari iman dan menyusun isi iman dalam suatu sistem.
- Aurelius Augustinus (354-430)
- Konsep Allah Tritunggal
 Menurut Augustinus, Allah itu menampilkan diri dengan tiga cara yakni sebagai Bapa, Anak, dan sebagai Roh Kudus. Keberadaan Allah tidak sama dengan makhluk lainnya, karena Allah merupakan "ada" yang tertinggi. Untuk menjelaskan makna Trinitas, Augustinus melihat kenyataan di dunia dan menemukan hal-hal yang bersifat tiga ganda seperti: ukuran, bilangan, berat; aku, engkau, ia; bapa, ibu, anak. Beberapa contoh ini dilihatnya sebagai suatu yang baik dari tiga ganda. Ketiga pribadi itu pada hakekatnya sama dalam keesaanNya.
- Konsep akan iman dan pengetahuan
Menurut Augustinus, pemikiran manusia dapat mencapai suatu kebenaran. Dia mengakui bahwa berpikir itu memiliki batas namun dengan berpikir manusia bisa menyimpulkan sesuatu yang tiada batasnya. Sesuatu yang tiada batasnya ini bersifat kekal abadi, yang mengarah pada sifat rohani. Kesimpulan ini membawa kita pada pemikiran akan adanya Allah yang bersifat tak terbatas dan kekal abadi. Dengan ini, Augustinus menyatakan bahwa dia mendukung filsafat Yunani untuk menjelaskan iman Kristiani dengan pemikiran. Iman dan pengetahuan bisa diperdamaikan karena keduanya saling melengkapi.
 Relevansi
- Dengan melihat perkembangan sejarah filsafat pada masa patristik Yunani dan Latin membantu kita untuk memahami iman dengan ratio kita. Kita tidak lagi beriman secara buta, namun beriman yang pasti dan bisa dipertanggungjawabkan. Tumbuhnya pemikiran patristik menciptakan suatu pandangan bahwa iman dan pengetahuan berjalan berdampingan dan saling melengkapi. Filsafat berperan menerangi iman Kristen yang tampak jelas hasilnya hingga saat ini.
