Kisah perjalanan Taufik Hidayat yang berawal dari ketidak sukaannya terhadap bulu tangkis hingga akhirnya menjadi legenda atlet bulu tangkis Indonesia merupakan cermin dari proses pengembangan potensi diri. Banyak orang yang beranggapan bahwa potensi seseorang dapat dilihat langsung dari bakat alami atau minat awal mereka. Namun, perjalanan hidup Taufik menunjukkan bahwa potensi tidak selalu tampak di awal, dan seringkali membutuhkan waktu serta perjalanan panjang untuk ditemukan. Pengalaman Taufik memberi pelajaran berharga mengenai pentingnya mengenali dan mengembangkan potensi diri yang tidak selalu sejalan dengan penilaian formal atau minat.
Setiap individu akan selalu memiliki potensi unik yang dapat dikembangkan jika dikenali dan diarahkan dengan tepat. Potensi diri bukan hanya sekadar kemampuan terpendam, tetapi juga mencakup karakter, minat, dan cara seseorang merespons berbagai situasi. Ardian & Mawardi (2022) dalam Indonesian Journal of Education and Development Research menyatakan bahwa menggali potensi diri sangat penting dilakukan sejak dini, terutama melalui kemampuan komunikasi seperti berbicara dan menulis yang dapat meningkatkan rasa percaya diri serta membuka akses terhadap peluang yang lebih luas. Dengan mengenal potensi secara sadar, pelajar dan generasi muda dapat lebih siap menghadapi tantangan hidup dan merancang masa depan yang sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, penting untuk menanamkan kesadaran menggali potensi diri sejak dini, baik dalam pendidikan formal maupun kehidupan sehari-hari.
Bagaimana proses mengenali dan mengembangkan potensi diri, terutama ketika seseorang merasa tidak sesuai dengan bakat atau minat awal mereka? Apakah penilaian awal seperti nilai dalam pelajaran olahraga dapat menjadi patokan dari potensi seseorang? Mengapa lingkungan yang mendukung serta keberanian untuk mencoba hal baru sangat penting dalam perjalanan pengembangan diri?
Serta langkah awal seperti apa yang dilalui Taufik Hidayat sehingga bisa menjadi atlet kebanggan Indonesia hingga bisa menyabet gelar juara Olympic Athena 2008. Bagaimana peran serta dukungan orang tua dan latihan keras yang dijalaninya.
Taufik Hidayat, Mantan atlet bulu tangkis kebanggan Indonesia yang banyak meraih gelar juara di dunia hingga mendapatkan medali emas di Olimpiade Athena tahun 2008 di cabang olahraga bulu tangkis pada nomer tunggal putra. Ternyata di masa kecilnya ia dipaksa oleh orang tuanya lebih tepatnya pada usia 7-8 tahun untuk bermain bulu tangkis ketimbang bermain sepak bola.
Meskipun awalnya menyedihkan karena dipaksa. Akan tetapi potensi yang ada pada dirinya membuat orang tua semakin yakin bahwa bakat yang ada dapat diasah dan dikembangkan. Hingga pada akhirnya diusia ke-10 tahun ia berlatih di club dan potensi dan bakat yang ada terus meningkat. Tentunya, Prestasi olahraga yang tinggi tidak bisa lepas dari adanya pembinaan yang dilakukan sedini mungkin melalui pencarian dan pemantauan bakat, pembibitan, pendidikan, atau bahkan arahan dari orang tua. Pola pembibitan dan latihan di club di pilih orang tuanya agar bisa menunjang perkembangan potensi yang dimilki Taufik Hidayat pada bidang olahraga bulu tangkis.Â
"Usaha tidak mengkhianati hasil." Ungkapan ini tercermin jelas dalam perjalanan hidup Taufik Hidayat. Dengan mengenali potensi dirinya sejak kecil di bidang bulu tangkis, Taufik tidak hanya berhenti pada bakat alami, tetapi juga berusaha keras untuk mendalaminya. Melalui latihan tanpa henti, bimbingan pelatih, dan semangat pantang menyerah, ia mampu meraih puncak prestasi dengan menjuarai Olimpiade 2004 dan Kejuaraan Dunia 2005 (Simamora F, 2024).
Hal yang menarik dari perjalanan Taufik Hidayat adalah keberaniannya untuk bersikap jujur dan tegas, baik dalam karir maupun kehidupan pribadinya. Dia juga sering mengungkapkan pandangan kritis terhadap system olahraga Indonesia, menunjukkan keberpihakannya pada perbaikan dan kemajuan.Â
kisah ini menekankan pentingnya proses penemuan potensi, bukan hanya berdasarkan minat awal atau prestasi akademis semata, tetapi juga melalui pengalaman hidup, tantangan, dan bahkan dorongan dari orang terdekat. Dalam jurnal Amaliyah & Rahmat (2021), dijelaskan bahwa potensi diri siswa dapat berkembang secara maksimal melalui lingkungan yang mendukung serta pendidikan yang memfasilitasi keberagaman karakter dan kemampuan. Peran orang tua dan pendidik sangat vital dalam membantu anak memahami dirinya dan mengarahkan bakatnya.
Potensi  diri merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dan  mempunyai  kemungkinan  untuk  dapat  dikembangkan  jika  didukung  dengan peran serta lingkungan, latihan dan sarana yang memadai. Taufik Hidayat memiliki potensi yang sangat besar dalam badminton tidak lepas dari dukungan Ayahnya, ayah taufik hidayat melihat anaknya memiliki potensi dalam bidang badminton, sehingga memasukkan anaknya di club badminton.
Lebih jauh lagi, Kurniawan (2022) menekankan bahwa proses mengenali potensi dalam diri seseorang bukan sesuatu yang instan. Diperlukan refleksi diri, eksplorasi minat, serta keberanian untuk mencoba hal-hal baru. Tak kalah penting, Aisyah (2020) dalam bukunya "Menggali Potensi Diri" menyebutkan bahwa potensi bukan hanya soal bakat, tapi juga bagaimana seseorang mengelola dirinya secara emosional dan mental. Ketekunan, daya tahan, dan konsistensi merupakan bagian dari potensi yang sering kali diabaikan. Taufik menunjukkan kualitas ini dengan terus berlatih, menghadapi tekanan, dan tumbuh menjadi atlet kelas dunia meskipun awal perjalanannya penuh rintangan.