KABAYAN, hampir selama dua hari Sabtu dan Ahad lalu, terlihat sumringah. Mukanya cerah. Â Beberapa kali ia tepergok heheotan (bersiul) dan ngahariring (bersenandung), tanda senang.
"Ada apa akaang? Kok gembira sekali? Biasanya juga luhlah dan murukusunu akang mah," ujar Iteung, istrinya.
Si Kabayan memandang istrinya sebentar. "Akang senang, Nyi. Soalnya rindu akang kepada kuda selama bertahun-tahun, lubar, terlampiaskan," jawabnya sambil bersiul lagi.  Jawaban itu, jelas membuat Iteung  geleng-geleng kepala  sebab ia mengira suaminya dapat duit undian gede atau dapat kerja.
"Dasar, Iteung kira apa? " Iteung kemudian keluar rumah , menuju kebun di belakang, untuk memetik cengek.
Oh ya, Sabtu dan Ahad beberapa waktu lalu, Pemprov Jabar menggelar Kejuaraan Daerah Pacuan Kuda Jabar Cup 2018 di Pacuan Kuda Raharja, Kecamatan Tanjungsari. Kenapa Kabayan senang bukan kepalang, karena gelaran tersebut merupakan yang pertama setelah lebih dari sepuluh tahun absen di daerah tempat tinggalnya.
Dulu, ceritanya, ketika Pacuan Kuda Daya Taruna di Kecamatan Tanjungsari masih sering jadi arena balap, minimal setahun  sekali, dia bisa menonton penampilan kuda balap. Namun setelah kawasan Lapang Daya  Taruna dipenuhi bangunan hingga tak refresentatif lagi sebagai arena pacu, praktis dia tidak bisa lagi menikmati ketangkasan kuda dalam berlari.
Itulah sebabnya, ketika ada informasi di Pacuan Kuada Raharja diselenggarakan Kejuaraan Daerah Pacuan Kuda Jabar Cup 2018, Kabayan datang untuk menonton, di dua hari pen yelenggaraannya. Ia menonton dengan atribut khasnya, totopong dan pangsi hitam menyerupai jawara.
"Pokoknya top markotop," kata Kabayan kepada tetangganya.
Makin top lagi, imbuhnya, karena kuda yang ikut kejuaraannya bukan kuda sembarangan.  Kuda balapnya, merupakan kuda tangguh dari berbagai daerah di Jawa Barat yang kerap ikut lomba balap tingkat Jawa Barat di Pangandaran dan Kuningan. Beberapa di antaranya bahkan ada juga kuda yang pernah ikut lomba  balap di Pra PON  dan PON.
Nyi Iteung yang baru saja memetik cengek (cabe rawit) dari belakang rumah, beberapa menit kemudian sudah berada di samping Kabayan yang tampak masih sumringah.
Melihat Iteung, Kabayan tiba-tiba merangkulnya, lalu menariknya ke kamar. Â Iteung menolak , meronta karena ingat lagi M. Tapi Kabayan bersemangat. "Pegang saja, Nyi!" Nyi Iteung tak bisa apa-apa.
Si Iteung tersenyum. "Rasain lu!"
Namun tidak lama, Kabayan berteriak dari kamarnya...."Iteuuuung....., panassss....!!!"