Mohon tunggu...
Muhamad Adib
Muhamad Adib Mohon Tunggu... Buruh - Wong Alas

Jadikan masyarakat desa hutan,nafas Pembangunan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Perempuan yang Tidak Sekolah

2 Januari 2021   14:58 Diperbarui: 2 Januari 2021   15:12 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat kondisi rumah yang tidak layak di tinggali dan kehidupan keseharian yang memprihatinkan, saya jadi mafhum kalau anaknya tidak sekolah. Saya tidak bertanya mengapa anaknya tidak sekolah.

"Bapak, Ibu.... Mohon maaf, jika berkenan saya dan teman-teman ingin membantu agar anak Bapak/Ibu bisa sekolah lagi. Insya Allah untuk kebutuhan seragam sekolah, buku tulis, pensil dan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan sekolah, Bapak/Ibu tidak usah bingung" dengan hati-hati saya menyampaikan permohonan kepada orang tua si anak perempuan.

 "Pak, meskipun kami miskin. Serba kekurangan. Bodoh. Tidak pernah sekolahh. Sebagai orang tua, kami ingin anak kami sekolah. Agar masa depannya tidak seperti kami. Susah terus" Kata Ibu si Anak Perempuan itu dengan suara lirih sambil menahan kesedihan.

"Masalahnya apa,Bu ? Mengapa Anak Ibu tidak Sekolah ?" Tak sabar pertanyaan itu langsung keluar dari mulut saya.

"Masalahnya, anak saya dikeluarkan dari sekolah sekitar empat bulan yang lalu...." sambil menangis, Ibu anak perempuan itu kemudian menceritakan kejadian empat bulan yang lalau. Kejadian yang menurut saya tidak hanya menyentuh rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, tetapi juga soal Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Ceritanya.... (Saya ceritakan dengan singkat dan saya perhalus kalimat kalimat yang apabila saya tulis apa adanya, bisa membuat bumi bergetar).

Anak perempuan itu masih sekolah kelas 3 di sekolah kampung sebelah. Jaraknya sekitar 3 km. Pergi pulang sekolah melewati jalan setapak di rerimbunan hutan pinus. Waktu itu pada jam pulang sekolah, ada warga yang melihat anak perempuan itu sedang "bersetubuh" dengan seorang lelaki tua. Berumur lebih dari 60 tahun, di semak-semak hutan pinus. 

Kejadian yang sangat tidak pantas itu, oleh masyarakat di anggap sebagai aib dan bisa menjadi pembawa sial bagi kampung. Warga marah kepada orang tua si anak perempuan itu. Bapaknya si anak perempuan pun menjadi marah dan melampiaskan marahnya dengan menampar, memukul, menendang, menjambak rambut, menginjak injak hingga memasukkan anaknya ke kolam. Beruntung Ibu nya si anak perempuan bisa mencegah dan meredam kemarahan si Bapak, sehingga tidak terjadi penganiayaan yang bisa berakibat fatal.

Karena kejadian itu, lalu si anak perempuan di keluarkan dari sekolah. Orang tua si anak perempuan oleh "orang pintar" di haruskan membayar sejumlah uang, agar masalahnya tidak sampai ke ranah hukum. Dan dengan taat, Bapaknya si anak perempuan "kelimpungan" mencari pinjaman agar terwujud "perdamaian".

Ya Allah... Apa yang harus saya lakukan..?

Sore hingga malam hari itu, saya merenung. Memikirkan cara bagaimana masalah ini terselesaikan tanpa keramaian. Tak terbayangkan jika masalah seperti ini tercium wartawan. Geger.... dan itu tidak baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun