Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prenjak yang Tidak Bahagia

15 Januari 2023   11:15 Diperbarui: 15 Januari 2023   11:23 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tapi, manusia harus hidup bersama. Saling membantu," kata tetangga Pak Beno.

"Itu ideal yang diharapkan. Kenyataannya, semua demi kepentingan masing-masing. Kalau kepentingan sudah selesai. Relasi akan usai juga," jawab Pak Beno.

"Sejauh tidak merepotkan orang lain. Manusia itu rumit, menjalin relasi tapi dia belum berdamai dengan dirinya sendiri. Nanti, orang lain yang kena akibatnya. Mending saya pelihara burung prenjak saja," lanjut Pak Beno sambil tertawa.

"Bukankah memelihara burung dalam sangkar itu merusak ekosistem. Mereka juga ingin bebas dan memiliki keluarga," ujar Pak RT saat pertemuan warga.

Mungkin memang semua dijadikan dalam kondisi ideal. Hidup menikah, berkeluarga, lalu nanti memiliki anak, dan beragam standar hidup lainnya. Semua harus dicapai tepat pada usia dan saat yang dijadikan standar keberhasilan bersama. Bukankah itu menyebalkan, seolah kebahagiaan adalah definisi tunggal. Kalau tidak sesuai, dianggap gagal.

"Orang tidak pernah bertanya apakah kita bahagia atau tidak. Seolah pencapaian sampai mana itu sudah bahagia, belum tentu!" ujar Pak Beno.

"Mungkin seperti itu juga yang dirasakan oleh burung prenjak dalam sangkar itu. Kamu kira ketika sudah mencapai dan memiliki banyak hal maka akan bahagia. Lepaskan saja burungnya!" kata istri Pak Beno menggelisahkan.

"Mungkin kita tidak cocok dalam pembicaraan seperti ini," kata Pak Beno lalu pergi mencari makan untuk prenjak kesayangannya.

Dalam perjalanan mencari makan, Pak Beno bertanya-tanya. Memangnya, apa yang membuat burung prenjak dan manusia bahagia ? Apa kebebasan ? Kalau kebebasan membuat bahagia. Kenapa ada aturan dan penindasan ? Aturan kalau hidup harus memiliki capaian. Beragam aturan menyakitkan, bahkan bisa dimainkan oleh mereka yang tahu.

"Hidup memang permainan dalam sangkar," kata penjual kroto, makanan burung prenjak.

"Prenjak yang tidak bahagia itu sebenarnya kita, terasing karena keharusan dalam hidup. Lelah karena paksaan akan capaian. Kita lupa, bahwa semuanya sudah cukup dan tersedia," lanjutnya sambil memberikan sebungkus kroto.

"Semacam bersyukur?" tanya Pak Beno.

Penjual makanan burung hanya tersenyum.

Gancahan 5, 15 Januari 2023

               

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun