Mohon tunggu...
Maria Magdalena
Maria Magdalena Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang ibu yang mengasuh dan mendidik anak sendiri, bersama seorang suami yang menyenangkan. Maria juga bekerja di rumah sebagai penulis, volunteer, coaching di bidang crafting dan penulisan untuk perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pembantu Vs Cinta Kasih Ibu

25 Agustus 2011   08:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:29 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari saya mengungkapkan pendapat yang menunjukkan protes saya melihat seorang anak mendapat perlakuan buruk dari pembantunya. Lalu timbul protes sehubungan dengan gaji pembantu yang "mengharuskan" pembantu untuk tidak memiliki standar kerja yang baik, sehingga perlakuan pembantu pada anak tersebut dianggap sah dan layak.

Apapun alasannya, perlakuan buruk pada anak adalah TIDAK DIBENARKAN. Walaupun beralasan gaji pembantu yang tidak seimbang, apakah lantas orang tua pasrah melihat nasib anaknya disia-siakan oleh pembantu? Apakah orang tua jadi tidak berdaya?
Dua Macam Type (Menjadi) Orang Tua
Kalau bicara mengenai asal usul menjadi orang tua, ada 2 macam :
1. Dua orang dewasa yang memiliki anak karena memang telah siap
2. Dua orang dewasa yang memiliki anak hanya supaya ingin dikatakan "berhasil" atau tidak ingin dikatakan "gagal" atau "mandul".
Nah, dua macam asal usul ini nantinya akan berpengaruh pada proses mengasuh anak. Type pertama cenderung melakukan yang terbaik bagi anak. Type yang kedua cenderung memberikan apa adanya bagi anak. Anak-anak dari orang tua type kedua ini yang lebih condong menjadi korban pembantu.
Simbiosis Orang Tua - Pembantu
Rata-rata gaji pembantu lokal saat ini adalah tidak lebih dari Rp. 1.000.000,-. Bahkan tidak sampai Rp. 500.000,-. Saya dulu pernah punya pembantu dengan gaji Rp. 300.000,- dengan jam kerja hanya 2-3 jam sehari, lalu dia pulang atau pergi ke rumah lain untuk bekerja di sana. Total sehari dia bekerja pada 4 rumah, sehingga tiap bulannya dia bisa mengumpulkan uang sekitar Rp. 1.200.000,-  Gaji ini termasuk banyak, karena ada pembantu yang gajinya hanya Rp. 450.000,- untuk kerja 16 jam sehari.
Dari sini, kinerja apa yang bisa diharapkan majikan? Seharusnya yang diharapkan adalah kinerja asal-asalan. Namun, banyak majikan berharap semua urusan rumah beres, termasuk urusan si kecil. Rumah kinclong, si kecil sehat dan cerdas.
Baiklah jika itu yang diharapkan, selagi orang tua berada di kantor, mencari uang, mengabaikan keakraban dengan si kecil, maka orang tua seharusnya memberi pembekalan berupa training-training pada pembantu. Bukankah jika perusahaan ingin karyawannya menghasilkan kinerja yang top, maka perusahaan harus keluar uang untuk training karyawan? Urusan pembantu juga tidak beda dengan urusan perusahaan. Jangan lupa juga memberi mereka suasana kerja yang mendukung untuk produktivitas. Ajaklah mereka bekerja sama, jangan memperbudak mereka.
Suatu hari, saya pergi memancing. Tempat mancing ini memiliki gazebo-gazebo, ada 2 gazebo yang menarik perhatian saya. Keduanya terdiri dari satu keluarga dengan pembantu yang menjaga anak-anak mereka. Gazebo yang satu mengijinkan pembantu makan duluan, tentu saja makanannya terpisah dari majikannya. Gazebo yang satunya majikan makan duluan, pembantu makan sisa dari majikannya. Nah itu bedanya, yang satu memanusiakan pembantunya, yang satu memperbudak pembantunya. Silakan dipikirkan, pembantu dari keluarga yang mana yang akan cenderung memiliki kinerja yang baik.
Saya tidak termasuk di dalamnya, karena saya tidak memakai jasa pembantu.
Anak Tetap Prioritas
Sebaik atau seburuk apapun kita memberikan suasana kerja pada pembantu, namun anak tetap prioritas utama. Jika pembantu mulai menampakkan kejelekannya, ambil tindakan dengan tetap memikirkan anak sebagai prioritas. Pekerjaan kantoran juga bukan prioritas. Anak adalah anugerah Tuhan yang akan hidup bersama kita seumur hidup kita. Apakah kita akan memberikan yang terbaik pada teman hidup kita ini atau memberikan yang seadanya saja?
Tentu ada resiko untuk tiap pilihan. Jika kita memberikan hanya seadanya saja maka siap-siaplah menerima yang seadanya juga dari teman seumur hidup kita ini, jika kita kejam padanya, siap-siap juga menerima kekejaman darinya. Jika kita lembut hati dan menyayanginya, siap-siap juga menerima limpahan kasih sayang darinya. Mana kau pilih??
Oke, it's clear now, bahwa pengasuhan terbaik adalah yang dari orang tua. Ubah cara berpikir orang tua yang hanya membuat anak supaya dikatakan tidak mandul itu. Anak adalah anugerah, kalau kita membesarkannya dengan cemberut, anak akan cemberut pula pada kita.
Tadi malam sebelum tidur, kami bertiga berkumpul, suami saya menanyakan pada anak : "Nak, apakah kamu berpikir bahwa ayah menyayangimu?" Anak saya menjawab : "Iya". Lalu gantian saya menanyakannya pada anak : "Nak, apakah kamu berpikir bahwa ibu menyayangimu?" Anak saya menjawab : "Iya" dengan mantap pula. Duh betapa bahagianya saya mendengar jawaban yang sungguh-sungguh dan mantap itu. Lalu bergantian saya menanyakan pada suami apakah dia merasa bahwa saya menyintai dia? Dan suami saya menjawab "Iya" dengan mantap pula.
Apakah yang saya tuntut lagi dari hidup saya jika kedua orang terkasih ini telah merasakan debaran cinta dari saya? Telah menerima sinyal cinta itu dengan sangat terasa? Tak ada, saya sangat bersyukur dan berterima kasih padaNya karena pengorbanan saya demi mengirimkan cinta kasih ini telah sampai dan diterima dengan baik oleh penerimanya.
Maukah Anda merasakan seperti yang saya rasakan ini? Mari berubah.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun