Mohon tunggu...
Wahyudi Iskandar
Wahyudi Iskandar Mohon Tunggu... Swasta -

twitter: WAHYUDI ISKANDAR facebook: WAHYUDI ISKANDAR googl+: WAHYUDI ISKANDAR Fanpage: WAHYUDI ISKANDAR

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untuk Sukses Kita Perlu Mentor

4 April 2018   23:48 Diperbarui: 5 April 2018   00:19 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto pribadi
foto pribadi
Kalau ingin berubah, kita harus mau melakukan hal-hal yang berlawanan dengan apa yang ada di pikiran kita, alias yang kita anggap tidak cocok. Mendengar uraian saya itu Yudi mengangguk angguk sambil sesekali tersenyum. Rupanya itulah yang terjadi pada dia.

Mario Teguh pernah mengatakan kepada seorang ibu yang bertanya secara live di TV. Si ibu itu dosen, tetapi membuka sebuah warung bakso. Dia menjadi bahan gunjingan di lingkungannya. Banyak teman dan keluarga menasihati agar menutup warungnya dengan berbagai alasan. Kebanyakan Karena dianggap tidak pantas. Ibu tadi bertanya lewat telpon ke Mario Teguh tentang apa yang harus dia lakukan. Mario Teguh menjawab dengan tegas :"Bu, jangan pernah mendengarkan saran dan pendapat dari orang biasa. Karena saran dan pendapat mereka itulah yang telah membuat mereka menjadi orang biasa. Dengarkan hanya saran dan pendapat orang baik, supaya ibu menjadi orang yang lebih baik".

Siapa orang biasa yang paling sering memberi saran kepada kita ? Dia adalah diri kita sendiri. Saran dan pendapat itu berasal dari pikiran bawah sadar kita. Pikiran bawah sadar berisi semua informasi yang kita yakini benar yang kita peroleh sejak kita lahir sampai sekarang. Informasi dasarnya kita peroleh dari orang tua, guru, pembantu, famili, dan tetangga saat usia 0 -- 7 tahun, dimana semua masuk tanpa penyaring. Saat itu kita seperti spons yang menyerap semua informasi yang ada. Pada usia 8 -- 13 tahun mulai ada penyaringnya. Penyaringnya adalah informasi yang diperoleh sebelum usia 7 tahun. 

Informasi yang cocok dengan itu disimpan, yang tidak cocok dibuang. Usia 13 -- 18 tahun penyaringnya menguat. Setelah usia 18 tahun, penyaring sudah terbentuk sempurna. Info apapun yang tidak cocok dengan data itu, akan dihilangkan alias ditolak. Jadi sebagian besar data yang ada di pikiran bawah sadar kita saat ini adalah data yang diperoleh saat usia kurang dari 7 tahun. Informasi itu diolah dan ditafsirkan oleh anak usia 7 tahun. Terus diperkuat dengan "bukti baru yang cocok" sepanjang hidup kita. Itu dianggap benar dan menjadi panduan seumur hidup kita.

Nampak aneh tetapi itulah faktanya. Misalnya saat usia 3 tahun diajak pembantu main ke rumah tetangga. Kedua pembantu ngobrol mengeluhkan nasib mereka yang tidak kunjung membaik. Uang yang sulit dicari . . . harus bekerja keras untuk mendapat uang . . . dan majikan kaya yang jahat pada mereka . . . dan sebagainya.

Mulailah terbentuk data dasar bahwa uang itu sulit dicari, uang menimbulkan kesedihan dan kemarahan, harus kerja keras untuk uang dan orang kaya itu jahat. Meskipun dia belum mengerti tentang arti semua itu, gambaran negatif tentang uang dan kaya sudah mulai tersimpan.

Setelah lebih besar sedikit, si anak melihat orang tuanya bertengkar dan menyebut-nyebut uang. Ketika meminta uang untuk beli mainan dibentak. Data bahwa uang = sedih = kerja keras = pertengkaran semakin kuat tertanam. Hubungan antara uang dan sesuatu yang negatif terbentuk semakin kuat. Setelah usia 18 tahun, nasibnya sudah tertulis, yaitu sulit mencari uang dan sulit menjadi kaya.

Bawah sadar si anak akan menuntun agar kesulitan mendapatkan uang. Seandainya dia mendapat uang, akan cepat dihabiskan. Selalu muncul dorongan untuk menghabiskan uangnya. Berapapun uang yang diperoleh akan segera dihabiskan supaya dia tidak bisa kaya. Dia didorong untuk kredit motor, kredit mobil, ngecat rumah, membangun garasi, renovasi dapur dan sebagainya. 

Dia mungkin bisa hidup mewah, tetapi tidak bisa kaya. Semua informasi yang tersimpan dalam bentuk data itulah yang disebut sebagai life map atau peta kehidupan. Ibarat robot, itulah program kita atau acuan kita dalam menjalani kehidupan ini. Sekeras apapun Anda bekerja, jika life map nya adalah life map orang miskin, Andapun pasti menjadi miskin. Kecuali life map itu Anda ijinkan untuk dirubah dulu. Yang bisa mengubahnya adalah orang lain atas seijin Anda. Caranya ya dengan berkumpul dan mendengarkan mereka.

Setelah dewasa atau tua, Anda mungkin frustrasi dengan pekerjaan dan kehidupan Anda sekarang dan ingin sekali berubah. Anda mulai berbisnis membuka toko, sukses sebentar terus turun lagi. Ganti buka bengkel, sukses terus turun lagi. Membangun bisnis sandal, sukses sebentar, muncul pesaing dan turun lagi. Beternak bebek, sukses sebentar, kemudian turun lagi. Begitu terus seperti naik roller coaster, naik turun sampai tua.

Tanpa merubah peta kehidupan yang sekarang, mustahil perubahan nasib akan bisa terjadi. Kita hanya akan berputar-putar naik turun saja. Ada yang berusaha mengubah nasib dengan mengikuti seminar dan membaca buku buku. Mula mula dia memilih seminar dan buku yang cocok dan disukai. Dari seminar dan buku, dia memilah-milah mana yang cocok dan disukai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun