Mohon tunggu...
Wahyudi Iskandar
Wahyudi Iskandar Mohon Tunggu... Swasta -

twitter: WAHYUDI ISKANDAR facebook: WAHYUDI ISKANDAR googl+: WAHYUDI ISKANDAR Fanpage: WAHYUDI ISKANDAR

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untuk Sukses Kita Perlu Mentor

4 April 2018   23:48 Diperbarui: 5 April 2018   00:19 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pertanyaan menarik dari Yudi, putra teman saya yang menyopiri kendaraan kami dalam perjalanan. Saat itu kami terlibat diskusi hangat tentang impian dan sebagainya. Pertanyaan dia adalah :"Mengapa banyak orang yang sering ikut seminar, membaca banyak buku motivasi dan tetap saja tidak bisa mengubah kehidupannya?".

Topik utama kita adalah cara menjadi orang kaya. Kalau kita ingin menjadi orang kaya, kita tentu harus mencari mentor orang yang sudah kaya. Yang dimaksud kaya adalah kaya dibidang keuangan, bukan hidup mewah. Kalau hidup mewah tentu dinilai dari berapa banyak barang bagus yang dimiliki seperti rumah, mobil, motor dan sebagainya.

Orang yang kaya secara keuangan atau kaya yang sesungguhnya adalah mereka yang memiliki penghasilan pasif lebih besar dari biaya hidupnya.

Sebaliknya, orang miskin adalah seseorang yang harus bekerja keras untuk membayar gaya hidupnya yang mahal, dan selalu ingin lebih dan lebih.

Sebagian besar mereka yang penghasilannya besar dan hidupnya mewah adalah orang miskin. Hanya sekitar 5% di dunia ini yang benar-benar orang kaya secara keuangan.

Sub topik bahasan diskusi kami sepanjang malam adalah tentang perlunya mentor jika seseorang ingin merubah kehidupannya. Mentor yang kita butuhkan adalah seseorang yang sudah menjalani kehidupan seperti yang kita inginkan.

Untuk selanjutnya, jika kita mengatakan kaya atau miskin, itu berarti secara keuangan. Hidup mewah sebelum kaya sebenarnya cuma fata morgana yang menyesatkan. Ibarat berlari diatas treadmill, sepertinya berlari kencang tetapi sebenarnya tidak kemana-mana. Kita akan terus berusaha keras mengejarnya sehingga banyak yang terpeleset berlaku curang seperti menipu, mencuri, merampok dan korupsi. 

Kita semua dianjurkan bekerja keras untuk mengisi kehidupan kita. Bedanya adalah, orang biasa bekerja keras untuk mendapatkan uang guna mempertahankan gaya hidupnya yang sekarang. Orang kaya bekerja keras untuk membangun aset yang akan menghasilkan uang (lagi) untuk dirinya dan keluarganya dalam jangka berkepanjangan.

Biaya kehidupan kita yang sekarang, berasal dari aset yang sudah kita bangun sebelumnya. Penghasilan jenis itu kita kenal sebagai penghasilan pasif, atau residual income. Tanpa memiliki residual income atau passive income, sebenarnya kita adalah orang miskin. Sesederhana itu.

Kembali ke pertanyaan Yudi diatas, jawabannya adalah karena orang itu memang tidak ingin berubah !. Dia hanya ingin berubah sesuai seleranya dan hanya mengikuti pandangannya yang cocok dan disukai hatinya saja.

Dari seminar dan buku, ia hanya mengambil dan menerapkan hal-hal yang cocok dengan dia saja. Materi yang dianggap tidak cocok, tidak diambil atau diterapkan. Padahal apapun yang cocok dengan kita, atau yang kita sukai, berarti sebelumnya memang sudah ada di dalam data atau pikiran bawah sadar kita. Hal-hal itulah yang telah ikut berperan menuntun dan membawa kita sampai berada di tempat kita sekarang ini (pikiran, Tindakan, kebiasaan, karakter, Nasib). Jika kita hanya melakukan hal hal yang kita sukai, maka kita hanya akan berputar putar saja.

foto pribadi
foto pribadi
Kalau ingin berubah, kita harus mau melakukan hal-hal yang berlawanan dengan apa yang ada di pikiran kita, alias yang kita anggap tidak cocok. Mendengar uraian saya itu Yudi mengangguk angguk sambil sesekali tersenyum. Rupanya itulah yang terjadi pada dia.

Mario Teguh pernah mengatakan kepada seorang ibu yang bertanya secara live di TV. Si ibu itu dosen, tetapi membuka sebuah warung bakso. Dia menjadi bahan gunjingan di lingkungannya. Banyak teman dan keluarga menasihati agar menutup warungnya dengan berbagai alasan. Kebanyakan Karena dianggap tidak pantas. Ibu tadi bertanya lewat telpon ke Mario Teguh tentang apa yang harus dia lakukan. Mario Teguh menjawab dengan tegas :"Bu, jangan pernah mendengarkan saran dan pendapat dari orang biasa. Karena saran dan pendapat mereka itulah yang telah membuat mereka menjadi orang biasa. Dengarkan hanya saran dan pendapat orang baik, supaya ibu menjadi orang yang lebih baik".

Siapa orang biasa yang paling sering memberi saran kepada kita ? Dia adalah diri kita sendiri. Saran dan pendapat itu berasal dari pikiran bawah sadar kita. Pikiran bawah sadar berisi semua informasi yang kita yakini benar yang kita peroleh sejak kita lahir sampai sekarang. Informasi dasarnya kita peroleh dari orang tua, guru, pembantu, famili, dan tetangga saat usia 0 -- 7 tahun, dimana semua masuk tanpa penyaring. Saat itu kita seperti spons yang menyerap semua informasi yang ada. Pada usia 8 -- 13 tahun mulai ada penyaringnya. Penyaringnya adalah informasi yang diperoleh sebelum usia 7 tahun. 

Informasi yang cocok dengan itu disimpan, yang tidak cocok dibuang. Usia 13 -- 18 tahun penyaringnya menguat. Setelah usia 18 tahun, penyaring sudah terbentuk sempurna. Info apapun yang tidak cocok dengan data itu, akan dihilangkan alias ditolak. Jadi sebagian besar data yang ada di pikiran bawah sadar kita saat ini adalah data yang diperoleh saat usia kurang dari 7 tahun. Informasi itu diolah dan ditafsirkan oleh anak usia 7 tahun. Terus diperkuat dengan "bukti baru yang cocok" sepanjang hidup kita. Itu dianggap benar dan menjadi panduan seumur hidup kita.

Nampak aneh tetapi itulah faktanya. Misalnya saat usia 3 tahun diajak pembantu main ke rumah tetangga. Kedua pembantu ngobrol mengeluhkan nasib mereka yang tidak kunjung membaik. Uang yang sulit dicari . . . harus bekerja keras untuk mendapat uang . . . dan majikan kaya yang jahat pada mereka . . . dan sebagainya.

Mulailah terbentuk data dasar bahwa uang itu sulit dicari, uang menimbulkan kesedihan dan kemarahan, harus kerja keras untuk uang dan orang kaya itu jahat. Meskipun dia belum mengerti tentang arti semua itu, gambaran negatif tentang uang dan kaya sudah mulai tersimpan.

Setelah lebih besar sedikit, si anak melihat orang tuanya bertengkar dan menyebut-nyebut uang. Ketika meminta uang untuk beli mainan dibentak. Data bahwa uang = sedih = kerja keras = pertengkaran semakin kuat tertanam. Hubungan antara uang dan sesuatu yang negatif terbentuk semakin kuat. Setelah usia 18 tahun, nasibnya sudah tertulis, yaitu sulit mencari uang dan sulit menjadi kaya.

Bawah sadar si anak akan menuntun agar kesulitan mendapatkan uang. Seandainya dia mendapat uang, akan cepat dihabiskan. Selalu muncul dorongan untuk menghabiskan uangnya. Berapapun uang yang diperoleh akan segera dihabiskan supaya dia tidak bisa kaya. Dia didorong untuk kredit motor, kredit mobil, ngecat rumah, membangun garasi, renovasi dapur dan sebagainya. 

Dia mungkin bisa hidup mewah, tetapi tidak bisa kaya. Semua informasi yang tersimpan dalam bentuk data itulah yang disebut sebagai life map atau peta kehidupan. Ibarat robot, itulah program kita atau acuan kita dalam menjalani kehidupan ini. Sekeras apapun Anda bekerja, jika life map nya adalah life map orang miskin, Andapun pasti menjadi miskin. Kecuali life map itu Anda ijinkan untuk dirubah dulu. Yang bisa mengubahnya adalah orang lain atas seijin Anda. Caranya ya dengan berkumpul dan mendengarkan mereka.

Setelah dewasa atau tua, Anda mungkin frustrasi dengan pekerjaan dan kehidupan Anda sekarang dan ingin sekali berubah. Anda mulai berbisnis membuka toko, sukses sebentar terus turun lagi. Ganti buka bengkel, sukses terus turun lagi. Membangun bisnis sandal, sukses sebentar, muncul pesaing dan turun lagi. Beternak bebek, sukses sebentar, kemudian turun lagi. Begitu terus seperti naik roller coaster, naik turun sampai tua.

Tanpa merubah peta kehidupan yang sekarang, mustahil perubahan nasib akan bisa terjadi. Kita hanya akan berputar-putar naik turun saja. Ada yang berusaha mengubah nasib dengan mengikuti seminar dan membaca buku buku. Mula mula dia memilih seminar dan buku yang cocok dan disukai. Dari seminar dan buku, dia memilah-milah mana yang cocok dan disukai.

 Yang cocok dilakukan dan yang tidak cocok dilupakan. Sebenarnya dia punya mentor yang bisa membimbingnya. Lagi lagi terjadi hal yang sama. Dia memilih-milih pendapat mentor. Yang cocok dan disukai dilakukan, yang tidak cocok tidak dilakukan. Dia heran ketika mendapati tidak adanya perubahan yang berarti dalam hidupnya. Dia tidak tahu bahwa sebenarnya dia masih mengikuti peta kehidupannya yang lama. Tidak ada perubahan sama sekali karena dia selalu memilih anjuran mentor yang cocok dengan life mapnya. Diminta melakukan A, dia merasa :"Aah saya tidak punya uang", di suruh melakukan B dia berpikir :"Duuh, bagaimana kata orang lain nanti ?".

Bawah sadarnya tahu persis kalau orang ini melakukan A atau B, dia akan berubah. Karena itu dicegah untuk melakukannya. Kalau kita ingin merubah nasib, maka kita perlu mengubah cara berpikir kita. Dengan kata lain mengubah life map kita dengan bantuan orang lain yang Anda patuhi, atau disebut mentor. Orang yang dulu memprogram Anda adalah orang yang Anda patuhi (orang tua, kakek, pembantu, guru ngaji), maka yang bisa merubahnya adalah orang yang harus Anda patuhi pula. Tanpa kepatuhan tingkat dewa kepada mentor, mustahil kita bisa berubah, karena bawah sadar itu kuat sekali. Sami'na wa Atho'na.

Mentor saya yang pertama adalah AYAH Saya ISKANDAR ISHAK. Ketika beliau menyarankan Saya untuk mencoba, mempelajari, dan melakukan sesuatu maka saya akan segera melaksanakannya. Tanpa menanyakan apa ini penting atau tidak, Ada upahnya buat saya atau tidak. Ternyata itu sangat penting dan memiliki peran besar dalam proses perubahan saya. Itulah mentor, kalau tidak penting untuk orang yang dimentori, pasti tidak akan menyuruh kita untuk melakukannya. Pelatih tennis atau bola tidak akan iseng saja menyuruh pemain yang dilatih untuk melakukan sesuatu. Pasti ada tujuan dari setiap perintahnya. Apalagi mentor di bidang kehidupan.

Tidak perlu lagi kita bertanya ini penting atau tidak. Lakukan saja !! Bagi saya saat itu, tentu lebih enak Berada di rumah bersama ibu dan ayah saya. dan mendapat uang jajan tanpa harus bersusah payah dibandingkan hidup dijakarta tanpa sanak saudara tidur diemperan toko atau peron stasiun dan belajar memulung sampah juga kerasnya kehidupan jalanan. Untungnya saya sudah siap berubah setelah membaca buku Zig Ziglar dan Robert T Kiyosaki tentang bagaimana bersikap menghadapi perubahan. Zig Ziglar :"Jika ingin sukses, lakukan hal hal yang tidak Anda sukai (yang ditunjuk mentor Anda) dan belajarlah menyukainya".

Robert T Kiyosaki :"Jika ingin sukses, Anda harus siap menerima anggapan yang salah dari orang lain tentang diri Anda".

Itulah 2 penghambat utama untuk bisa sukses di bidang keuangan. Yaitu keengganan keluar dari zona nyaman dan ketakutan dibicarakan orang. Dengan mengubah life map, maka tindakan kita juga akan berubah. Tindakan baru yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan baru. Dengan kebiasaan yang berubah, karakter kita juga berubah, dan pada akhirnya nasib kita akan berubah. Biasanya itu membutuhkan waktu 2 -- 5 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun