Mohon tunggu...
Peralta Zega
Peralta Zega Mohon Tunggu... Analis Tata Kelola TI, Risiko Siber, dan Strategi Bisnis Digital

Saya adalah seorang praktisi senior di bidang IT yang mendedikasikan tulisan saya di Kompasiana untuk menganalisis persimpangan antara teknologi, strategi bisnis, dan daya saing industri. Dengan pengalaman sebagai IT Head di salah satu kawasan industri di Indonesia dan latar belakang MBA dalam Manajemen Operasi, saya menyajikan perspektif yang berakar pada praktik nyata di lapangan, bukan sekadar teori. Melalui tulisan, saya ingin memicu diskusi yang konstruktif mengenai bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan transformasi digital, mengelola risiko siber, dan mengadopsi tata kelola TI yang efektif untuk memenangkan persaingan di era Industri 4.0. Mari terhubung dan berdiskusi lebih lanjut melalui profil LinkedIn saya di https://www.linkedin.com/in/peralzega/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tumbuh, Lindungi, Nikmati: Jurus Rahasia Mengelola Passive Income

30 Juni 2025   15:00 Diperbarui: 30 Juni 2025   15:31 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang baru pertama kali mendapatkan passive income melupakan kewajiban yang satu ini. Ingat, hampir semua bentuk passive income---mulai dari bunga deposito, keuntungan penjualan saham, royalti, hingga pendapatan sewa---adalah objek pajak. Di Indonesia, beberapa di antaranya bahkan dikenakan PPh Final (Pajak Penghasilan Final).

Mengabaikan pajak adalah bom waktu. Saat otoritas pajak menemukan pendapatan Anda yang tidak dilaporkan, denda dan sanksi yang dikenakan bisa jauh lebih besar dari pajak yang seharusnya Anda bayar. Sejak awal, sisihkan sebagian dari pemasukan Anda (masukkan dalam pos "Lindungi") khusus untuk pembayaran pajak. Jika Anda tidak yakin, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan konsultan pajak profesional. Mengurus pajak dengan benar adalah bagian dari manajemen aset yang bertanggung jawab.

4. Lakukan Evaluasi Rutin: Aset Anda Tidak "Auto-Pilot"

Istilah "pasif" sering disalahartikan sebagai "tidak perlu diapa-apakan". Ini keliru. Tidak ada aset yang benar-benar 100% auto-pilot. Anda tetap perlu melakukan evaluasi secara rutin, misalnya setiap tiga atau enam bulan sekali, untuk memastikan performanya tetap optimal.

Beberapa pertanyaan yang perlu Anda ajukan saat evaluasi:

  • Performa: Apakah imbal hasil (Return on Investment - ROI) masih sesuai ekspektasi? Apakah ada penurunan pemasukan? Apa penyebabnya?

  • Kondisi Pasar: Apakah ada perubahan di pasar yang memengaruhi aset Anda? Misalnya, muncul banyak pesaing untuk produk digital Anda, atau ada pembangunan apartemen baru yang menyaingi properti sewaan Anda.

  • Biaya: Apakah biaya perawatan atau operasional meningkat? Bisakah diefisienkan?

Evaluasi rutin memungkinkan Anda untuk melakukan intervensi lebih dini jika terjadi masalah, atau menangkap peluang baru untuk meningkatkan keuntungan.

5. Diversifikasi: Jangan Taruh Semua Aset dalam Satu Keranjang

Jika Anda sudah berhasil membangun satu sumber passive income yang stabil, selamat! Langkah selanjutnya adalah membangun yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Bergantung pada satu sumber pendapatan saja sangatlah berisiko. Channel YouTube bisa di-demonetize, penyewa properti bisa berhenti mendadak, atau peraturan pemerintah bisa mengubah iklim investasi.

Gunakan porsi "Tumbuh" dari pendapatan pasif pertama Anda untuk mulai membangun sumber pendapatan pasif di sektor yang berbeda. Jika yang pertama di properti, mungkin yang kedua bisa di pasar modal (saham dividen). Jika yang pertama di produk digital, yang kedua bisa di peer-to-peer lending. Diversifikasi adalah jaring pengaman terbaik untuk memastikan arus kas Anda tetap stabil dalam jangka panjang, apa pun kondisi ekonomi yang terjadi.

Penutup

Memiliki passive income adalah sebuah privilege yang bisa mengakselerasi perjalanan kita menuju kebebasan finansial. Namun, seperti halnya kekuatan besar lainnya, ia datang dengan tanggung jawab besar---tanggung jawab untuk mengelolanya dengan bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun