Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Nikmatnya Saluang Banjarmasin

21 Juni 2019   06:44 Diperbarui: 21 Juni 2019   06:54 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama bertahun-tahun di Jakarta, saya sering sekali melewati jalan Pangeran Antasari. Sebuah jalan panjang yang menghubungkan Cilandak dengan Blok M, di Jakarta Selatan. Pangeran Antasari adalah pahlawan nasional dari Kalimantan Selatan, yang beribukota Banjarmasin. 

Barulah pertengahan Juni ini, saya benar-benar menginjakkan kaki ke tanah Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Adalah tugas mendadak dari LSP Penulis dan Editor Profesional (PEP), yang langsung saya iyakan tanpa berpikir panjang. 

Tugas sebagai asesor di TUK Universitas Lambung Mangkurat. Saya sudah berkali-kali ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Kalimantan Selatan? Belum! Inilah kesempatan emas untuk mengunjungi provinsi yang katanya asyik itu, dan menjadi salah satu alternatif sebagai ibu kota negara.

Sayang sekali, karena relatif mendadak, saya tidak mendapatkan tiket langsung Jakarta -- Banjarmasin. "Mas Dodi mohon maaf harus transit dulu di Balikpapan selama 4 jam. Apakah berkenan?" tanya mbak Epik penanggungjawab kegiatan asesmen LSP PEP. Jawaban saya mungkin mengagetkan sekaligus menyenangkan. 

"Nggak apa-apa. Saya senang kok transit dan menunggu. Saya jadi bisa menulis di bandara..." Buat saya, kegiatan menunggu yang sudah terencana seperti itu menyenangkan. Apalagi bandara di Balikpapan nyaman sekali. Salah satu yang terbaik. Bisa menulis dengan gembira dalam waktu panjang.

Kawan saya malah sangat senang kalau disuruh menunggu, apakah itu transit atau pesawat delay. Baik yang terencana maupun yang mendadak. "Asyik-asyik saja. Saya jadi bisa jualan buku," katanya semringah. Dia memang tenaga penjual yang menulis buku. Jualan deh di mana pun berada.

---------

Udara Banjarmasin saya hirup pertama kali selepas zuhur. Cukup panas. Terik. Namun ketika masih di angkasa, saya bisa melihat dengan jelas liukan-liukan sungai. Seperti ular. Jumlahnya banyak. Pantas kalau Banjarmasin dikenal sebagai kota seribu sungai. 

Kebetulan pesawat yang saya tumpangi dari Balikpapan adalah ATR 72. Terbang tak terlalu tinggi, sehingga bisa jelas melihat hamparan indahnya Kalimantan dari angkasa. Masih hijau dan luas. Inilah masa depan Indonesia. Begitu batin saya setiap kali terbang di atas Borneo.

Selepas istirahat sejenak di hotel GSign di jalan Ahmad Yani, saya langsung menuju Universitas Lambung Mangkurat. Penjemputnya istimewa, Dr. Ir. Gusti. Salah seorang asesor yang pengajar di kampus tersebut. Beliau langsung yang menyetir menuju kampus. 

Jarak tempuh sejauh belasan kilometer, hanya butuh waktu tak sampai 30 menit. Tidak ada kemacetan sama sekali. Oh ya, ini hari Minggu. "Hari Minggu lebih ramai Pak dibanding hari biasa..." kata sopir taksi dari Bandara, ketika mengantar saya ke hotel. Owalah... ramainya saja tidak macet. Cocok jadi ibukota baru, hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun