Mohon tunggu...
Sindyke Permata
Sindyke Permata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Life is beutiful if you could enjoyed it!

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menikmati Akhir Pekan dengan Menjajah Kota Palembang

26 Februari 2023   09:00 Diperbarui: 26 Februari 2023   12:37 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan di BKB | Dokumentasi pribadi

Terlahir dan besar di Kota Palembang, membuat saya tak henti-hentinya mengagumi keindahan dari kota pempek ini. Namun sayangnya, sedari kecil saya belum pernah mendapat kesempatan untuk menjajah kota kelahiran saya ini bahkan saat saya sudah merantau ke kota lain. Hingga di suatu pagi yang cerah saat saya pulang ke Palembang, saya berniat untuk menjajah kota Palembang.

Pagi itu dimulai dengan rencana saya yang ingin sekali berwisata menggunakan ketek (perahu kecil yang umumnya digunakan masyarakat Palembang untuk menyebrangi sungai), saya pun pergi ke dermaga Benteng Kuto Besak atau yang disingkat BKB. 

Perjalanan dari rumah saya menuju BKB menempuh perjalanan selama 20 menit menggunakan motor dengan jarak tempuh sebesar 7 KM saja. 

Sebelum berangkat menggunakan ketek, saya menikmati dulu suasana Benteng Kuto Besak, diiringi dengan sejuknya angin dan suara ketek menambah apik suasana pagi itu. 

Menurut saya, BKB tidak banyak berubah, pemandangan Jembatan Ampera tetap menjadi iconic ketika berkunjung ke kawasan BKB. 


Selain itu, ada tugu iwak belido (ikan belida) yang menjadi salah satu icon kota Palembang sebagai kota Pempek. 

Iwak belido merupakan ikan khas yang sering digunakan sebagai bahan utama pembuatan pempek dan berbagai jenis makanan khas Palembang lainnya. Saya pun turut mengabadikan momen dengan berpose di depan tugu iwak belido.

Pemandangan POM Bensin Terapung dari atas ketek | Dokumentasi pribadi
Pemandangan POM Bensin Terapung dari atas ketek | Dokumentasi pribadi
Kembali lagi ke rencana awal saya tadi yang ingin menggunakan ketek, saya pun berjalan sedikit dari tugu iwak belido menuju dermaga BKB. 

Di sana banyak sekali abang abang yang siap mengantarkan saya ke tujuan menggunakan ketek-nya. Destinasi pertama saya adalah menuju Kampung Arab. 

Sebenarnya saya bisa pergi ke Kampung Arab melalui jalur darat, tapi karena sebelumnya saya tidak pernah bepergian dengan ketek, maka saya memilih menggunakan jalur laut saja. 

"Ketek ketek ketek", suara ketek mulai bergerak, suasana di atas ketek begitu sejuk karena angin yang melintas begitu deras. 

Ketek saya mulai bergoyang terbawa ombak, sebagai orang yang pertama kali menaiki ketek tentu ada rasa takut sedikit. 

Saya takut kalau saya akan jatuh ke sungai musi hahaha, padahal itu adalah salah satu adrenalinnya ketika menggunakan ketek. 

Setelah beberapa menit, saya mulai menikmati perjalanan saya menggunakan ketek. Saya melihat pemandangan kiri dan kanan, terdapat pasar 16 ilir yang menjadi salah satu pusat perbelanjaan terbesar bagi masyarakat Palembang dan sekitarnya. 

Saya lalu bertutur dalam hati "ohh indahhnya Kota Palembang, kemana saja aku selama ini" terlihat sedikit dramatis, tapi memang saya baru menyadari bahwa kota kelahiran saya ini begitu indah. 

Kampung Arab

Rumah di Kampung Al-Munawar | Dokumentasi pribadi
Rumah di Kampung Al-Munawar | Dokumentasi pribadi
Tidak lama kemudian, saya sampai di dermaga Kampung Arab. Saya pun turun dan mulai memasuki kampung Arab. Nama tempat ini adalah Kampung Al-Munawar namun orang-orang setempat sering menyebutnya Kampung Arab. Dinamakan Kampung Arab karena tempat ini disinggahi oleh mayoritas keturunan masyarakat Arab. 

Rumah rumah di Kampung Arab terlihat masih seperti rumah panggung jaman dulu yang terbuat dari kayu. 

Suasananya begitu tenang, saya tidak mendengar kebisingan kota di sana, hanya suara ketek dan suara anak-anak yang sedang bermain yang menyambut saya. 

Rumah di Kampung Al-Munawar | Dokumentasi pribadi
Rumah di Kampung Al-Munawar | Dokumentasi pribadi

Rumah-rumah di Kampung Al-Munawar ini kebanyakan berwarna biru dan putih. Selain itu warga setempat juga banyak yang menggunakan pakaian kokoh dan turban. Jadi saya serasa benar benar berada di Arab, hahaha. 

Perjalanan ke Menggunakan Ketek

Puas mengelilingi Kampung Al-Munawar, saya pun melanjutkan destinasi berikutnya yakni ke Pulau Kemaro, dengan menggunakan ketek tentunya. 

Perjalanan dari Kampung Al-Munawar hingga Pulo Kemaro cukup jauh sehingga dapat memakan waktu 20-30 menit. Tapi selama di perjalanan saya benar-benar menikmatinya, karena saya melihat banyak sekali pemandangan masyarakat Kota Palembang. 

Saya melewati dermaga Pusri, di sana terdapat kapal kapal besar yang mengangkut batu bara. Selain itu, berbagai macam alat alat proyek batubara (saya tidak tau namanya) menjadi daya tarik mata saya. 

Saya juga melewati Pom bensin ketek. Tempatnya begitu unik, karena merupakan kapal terapung yang didalamnya terdapat banyak bahan bakar bensin yang sudah dimasukan dalam kemasan botol. Sontak saja mata saya tak lepas dari pandangan perahu itu. 

Saya juga menemukan anak-anak yang sedang berenang bebas tanpa alat pengaman di Sungai Musi. Melihat mereka tertawa dan bermain air dengan lepas dan bebas, membuat saya sedikit tersenyum dan menyadari bahwa dunia saya sudah tidak seperti mereka lagi (saya sudah mulai beranjak dewasa) hahaha. Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya kita sampai di dermaga Pulo Kemaro.

Pemandangan di Ketek | Dokumentasi pribadi
Pemandangan di Ketek | Dokumentasi pribadi

Pulo Kemaro

Saya begitu mengagumi Pulau ini sedari saya masih duduk di bangku SMP karena mengetahui sejarah terbentuknya Pulau ini yang begitu unik. 

Konon katanya, Pulo Kemaro terbentuk karena sepasang kekasih yang melompat ke sungai musi hingga akhirnya terbentuklah gundukan pasir yang lama lama membesar hingga membentuk sebuah pulau. Uniknya pulau ini tidak pernah banjir meskipun air sedang pasang, sehingga pulau ini dinamakan Pulo Kemaro.

Masyarakat Palembang biasanya menyebutnya Pulo Kemaro. Tone warna dari bangunan di Pulau ini didominasi oleh warna merah dan reliefnya bangunannya cenderung menyerupai naga. 

Pintu masuk Pulo Kemaro | Dokumentasi pribadi
Pintu masuk Pulo Kemaro | Dokumentasi pribadi

Terdapat juga Klenteng Kwan Im tempat umat Kong Hu Chu beribadah disini. Namun sayangnya saat saya datang, klentengnya tidak dibuka untuk umum sehingga saya hanya dapat menikmati keindahan di dalamnya dengan mengintip lewat jendela saja xixixi. 

Katanya terdapat makam Tan Bun An dan Siti Fatimah (pelaku sejarah dari terbentuknya Pulo Kemaro) di dalam klenteng tersebut sehingga saya mencoba membesarkan bola mata untuk melihatnya dari balik jendela. 

Dan yang benar saja, saya melihat makam tersebut dihiasi dengan bunga bunga di sekelilingnya, bau bunganya pun begitu harum hingga saya dapat menciumnya dari luar klenteng. Berjalan sedikit kedalam pulau, saya menemukan bangunan 9 lantai yang paling tinggi diantara bangunan bangunan lain di pulau itu. 

Bangunan itu merupakan pagoda yang menjadi icon ketika berkunjung ke Pulo Kemaro. Tak mau melewatkan kesempatan saya pun berfoto di depan bangunan yang dihiasi dengan dua patung naga di depannya. Masuk kedalam pagoda saya melihat banyak relief yang menggambarkan kisah terbentuknya Pulo Kemaro. 

Bangunan paling atas merupakan tempat beribadah masyarakat Tionghoa, namun lagi lagi saat saya datang tempat ini dikunci sehingga saya tidak dapat menikmati keindahan di dalam bangunan lantai atasnya. 

Setelah berkeliling cukup lama di Pulo Kemaro saya pun duduk sebentar sambil menikmati es dogan dan pop mie di warung yang ada persis di depan Pagoda itu berdiri. Angin sepoi-sepoi menambah nikmat suasana saya di Pulau itu. Lalu saya pun memutuskan untuk pulang ke dermaga BKB. 

Klenteng Kwan Im | Dokumentasi pribadi
Klenteng Kwan Im | Dokumentasi pribadi

Seperti sebelumnya saya kembali menggunakan ketek sebagai transportasi yang mengantarkan saya ke tujuan. Tidak jauh berbeda dengan pemandangan ketika saya berangkat, semua yang saya lewati menuju jalan pulang sama saja. Namun kondisi ketek ketika pulang cukup membuat saya senam jantung, lantaran ketek yang saya gunakan melawan arah angin sehingga sesekali saya merasa ketek saya terbang terbawah arus. Namun saya berusaha untuk tenang dan tetap menikmati perjalanan saya diatas ketek. 

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II | Dokumentasi pribadi
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II | Dokumentasi pribadi

Sesampainya di dermaga BKB, tiba tiba saja saya mengubah rencana saya untuk pulang dan berkunjung ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. 

Bangunan Museum ini merupakan istana kerajaan Sultan Mahmud Badaruddin pada masanya, hingga akhirnya diambil alih oleh pemerintah dan dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan peninggalan sejarah. Di dalam Museum ini, saya menemukan banyak peninggalan sejarah kerajaan di Palembang. 

Seperti meja makan yang digunakan para Sultan jaman dulu. Saya juga melihat beberapa peralatan yang dihiasi dengan relief emas. 

Selain itu, saya juga melihat lihat berbagai macam pakaian adat saat pernikahan khas Palembang bahkan mesin untuk pembuatan songket (salah satu komponen baju pernikahan adat Palembang).

Mesin Pembuat Songket di Museum SMB II | Dokumentasi pribadi
Mesin Pembuat Songket di Museum SMB II | Dokumentasi pribadi

Puas mengelilingi Kota Palembang hari ini, saya pun memutuskan untuk pulang. Menurut saya perjalanan ini merupakan perjalanan yang memberikan saya banyak sekali pengalaman menjajah di kota kelahiran saya sendiri. 

Palembang adalah kota yang begitu iconic dengan sejarahnya, setiap tempat yang saya kunjungi hari ini tidak lekang dengan yang namanya sejarah. Semua ini menjadi pengalaman yang luar biasa bagi saya. Jadi tunggu apalagi? Yuk berkunjung ke kota Palembang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun