Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Istiqomah Mutholaah Kitab, Banyak Ulama Alim Alamah

3 Maret 2023   23:39 Diperbarui: 3 Maret 2023   23:56 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH. Zulfa Mustofa/Dok Pribadi

Nadhoman Alfiyah Ibnu Malik yang menghidupkan santri-santri ribuan yang ada di Nahdhatul Ulama, para ulama timur tengah pun kagum dengan cara pembelajaran Alfiyah Ibnu Malik di Indonesia, karena di Timur Tengah sudah mulai berkurang animo belajar nadhoman ini. 

Demikian disampaikan oleh KH. Zulfa Mustofa selaku Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), saat pengajian tasyakur khotmil alfiyah ibni malik di Ponpes Assalafiyah Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes. Sabtu ( 03/03/2023).

Kyai Zulfa menambahkan, ulama Indonesia dianggap kelas tiga dipandangan para ulama timur tengah, dianggap dalam memahami bahasa arab kurang, padahal sejatinya tidak seperti itu, hanya saja kita ulama Indonesia jarang menulis dengan publikasi bahasa arab. Kita harus bangga, bahwa masih banyak ulama di Indonesia yang masih istiqomah membaca kitab kuning dan mau mengamalkannya termasuk rajin muthollah. 

Para kyai terdahulu, lewat istiqomah ngaji dan ngarang kitab, inilah menjadi rahasia baginya menjadi alim alamah. Ulama pesantren seperti ini kadang jarang, maka disebut istilah kyai robbani, karena kyai ini harus sabar dalam mengajarkan ilmunya dan kayanya lama. 

" Jadi kyai robbani itu susah, yang banyak ditemui malah kyai proposal, padahal ciri khas Indonesia untuk kyai pesantren itu ya sejatinya kyai robbani," tambahnya. 

Diceritakan kisah perjalanannya saat pernah ke wilayah timur tengah di Abu Dabai, ada masjid bagus-bagus, namun saat jumat sangat jarang jamaahnya. Jangan heran kondisi seperti ini bisa terjadi dimana-mana. 

Ilmu dasar dalam belajar santri nadhoman jangan engkau bangga, namun saat orang pintar dan cerdas tetap harus belajar dari dasar, disinilah mereka yang belajar dan ingin tahu secara mendalam, maka disinilah kita mau mutholaah maka akan bertambah ilmu dan kecerdasan. Sregep buka kamus, dan rajin mendengar ilmu para alim ulama. 

Ajarkan ilmu yang kamu punyai, apalagi jika dalam belajar punya sanad atas guru. Jadilah santri dengan berpegang dalam sanad keilmuan, karena ilmu itu luas, karena belajar itu tidak harus dibangku kuliah tapi bisa belajar dari para pengalaman ulama yang robbani. 

Secara biografi KH. Zulfa Mustofa dilahirkan di Jakarta 7 Agustus 1977. Ayahnya KH. Muqarrabin berasal dari Pekalongan, sedangkan ibunya adalah Nyai hajjah Marhumah Latifah berasal dari Kresek 12 kilometer dari Tanara. Ibunda KH. Zulfa Mustofa merupakan anak Nyai Hajjah Maimunah yang juga ibunda dari ulama terkemuka di Indonesia, KH. Ma'ruf Amin. Berarti KH. Zulfa Mustofa juga merupakan cucu kemenakan dari Syekh Nawawi al-Bantani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun