Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Pemain Musik Anglung Di Pasar Palimanan

30 Agustus 2020   08:15 Diperbarui: 30 Agustus 2020   08:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik Anglung (Dokpri)

Mengais rejeki pun banyak caranya, misal petugas parkir di halaman depan pasar, mengatur parkir mobil dan motor dengan berseragam, mereka menjaga sepeda motor yang diparkir, agar tidak mengganggu kendaraan atau pengguna jalan lain, lewat jasanya dibayar Rp 2000 untuk bayar parkir motor atau mobil.

Juru parkir menaruh alas berupa bahan kardus di jok sepeda motor pembeli, sehingga jok motornya tidak kepanasan saat kena sengatan sinar matahari. 

Begitu pula dengan pemusik angklung, mereke serombongan saling berbagai peran, sehingga bunyi angklung menjadi nada yanhg menarik dengan lagu cirebonan, menjadikan para pedagang pun memberikan uang receh seribu ada juga dua ribu, bahkan ada beberapa pembeli di pasar ikut memberikan uang recehnya kepada mereka. 

Uang recehan seribu atau dua ribu saat dikumpulkan lumayan bisa untuk sarapan pagi, minimal bisa untuk makan dan minum tim angklung dengan nasi bungkus dan teh manis tawar, baginya asal obah rejeki akan dapat.

Pasar Minggu Palimanan (Dokpri)
Pasar Minggu Palimanan (Dokpri)
Bukan hanya musik angklung, para pemusik lain yang membawa gitar pun mencari sesuap nasi, ruko depan menjadi sasaran mereka karena mudah dijangkau dan mereka karena sudah biasa mengais rejeki lewat suara emasnya dengan diiringi petikan gitar menjadikan tahu, ini pedagang yang pelit dan pedagang yang sering kasih atau loman.

Bahkan ada juga pengais rejeki dengan memakai kostum boneka lalu bawa gelas aqua, sambil menyanyikan lagu, belum selesai lagunya, sudah dapat recehan yang ditaruh di gelas tersebut rata-rata Rp 500,- 

Lokasi pasar bagi mereka adalah lokasi yang cocok, selain banyak orang, merekalah pemberi rejeki selama ini dipagi hari. Semua saling berbagi agar aktivitas hidup mereka saling mengisi. 

Supir angkutan desa pun tersenyum manis manakalah mengangkut barang pedagamg termasuk saat mereka pulang ke rumah, akan memanfaatkan mobil angkutnya untuk mempermudah mengantarkan barang ke pasarnya, tentunya sudah menghitung biaya langganan karena tiap hari akan selalu datang ke pasar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun