Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.

Saya dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Memiliki hobi membaca dan menulis. Saya membaca buku fiksi maupun non fiksi dan puisi. Saya juga suka menulis, baik tulisan ilmiah, ilmiah populer, fiksi, dan puisi.,

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Meninjau Perilaku Narsis dengan Kacamata Buku "The Heart of Man" Karya Erich Fromm

3 Agustus 2023   19:05 Diperbarui: 16 Februari 2024   20:40 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JENIS-JENIS NARSISISME

Fromm membagi narsisisme menjadi dua jenis. Yang pertama adalah narsisisme individual. Narsisisme individual menimpa orang perorang. Dengan kata lain narsisisme yang menimpa individu. Kita bisa lihat pada perilaku orang tersebut yang kelihatan arogan dan sering memuji-muji dirinya sendiri.

Narsisisme kedua adalah narsisisme sosial. Narsisisme jenis ini menimpa sekelompok masyarakat secara kolektif, baik kelompok etnis, agama, atau kelompok sosial lainnya. Narsisisme jenis ini terindikasi melalui perilaku kelompok itu. Pada kelompok nasionalis tertentu nampak pada pernyataan kelompok itu, semisal “Deutschlan Über Alles” dalam bahasa Jerman yang berarti Jerman di atas segalanya.

Narsisime sosial menjelma sifat arogansi kelompok secara sosial. Sikap-sikap yang menganggap bahwa kelompok dirinyalah yang unggul atau memiliki derajat yang tinggi. Sebaliknya kelompok lain dianggap sebagai kelompok yang rendah. Pada tataran kenegaraan sikap ini menjelma menjadi sikap Ultranasionalisme.Sikap ini menganggap negaranyalah yang memiliki derajat tinggi dan negara lainnya berada di derajat tertinggi.

Menurut buku ini, pada tataran yang sangat parah gangguan psikologis ini menjadi megalomania. Menganggap dirinya yang besar, paling tinggi derajatnya. Megalomania biasanya menimpa para penguasa.

BAHAYA NARSISISME


Menurut Fromm, narsisime menimbulkan bahaya, baik narsisisme individu maupun narsisisme sosial. Orang yang mengidap narsisisme jenis pertama akan bersikap arogan di tengah masyarakat. Dia ingin selalu dipuji, anti kritik, dan selalu menganggap dirinya yang terbaik.

Narsisisme jenis ini akan menyebabkan individu yang bersangkutan mengalami konflik. Baik konflik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang di sekitarnya. Dengan dirinya sendiri, dia akan mengalami kekecewaan ketika tidak ada orang yang memujinya. mengangung-agungkan dia, dia akan kecewa.

Kemudian, seperti yang saya bahas sebelumnya, pada orang-orang yang berkuasa, akan muncul sikap megalomania. Megalomania adalah sikap yang menganggap dirinta besar. Orang lain kecil. Sikap ini pada tahap yang membahayakan menimbulkan sikap nekrofilis Fromm meminjam istilah ini dari psikologi abnormal. Gangguan jiwa nekrofilis adalah perilaku mencintai kematian. Orang-orang yang mengidap penyakit ini suka sekali menyimpan mayat-mayat di kediamannya. Dia mengidap penyakit penyimpangan seksual dengan mencintai mayat. Dia menginginkan kematian bagi orang lain demi memuaskan hasrat narsisismenya.

Fromm menggunakan istilah ini untuk menunjukkan perilaku mencintai kematian. Dalam tragedy sejarah kemanusiaan, penguasa-penguasa ini antara lain penguasa Jerman bernama Adolf Hitler dari Parta Nazi. Hitler melakukan pembunuhan massal yang dikenal sebagai holocaust. Ditenggarai bahwa yang kaum Yahudi yang paling banyak menjadi korban. Ditenggarai dia mengalami kepuasan ketika melihat mayat-mayat yang bergelimpangan. Dia merasa puas berkuasa sehingga bisa menentukan kematian orang lain.

Hal yang sama dilakukan oleh Kaisar Nero. Kaisar Nero adalah kaisar Romawi yang memerintah pada abad pertama Masehi. Dia banyak melakukan pembunuhan, antara lain yang menjadi korbannya adalah ibunya. Dia juga dikabarkan memerintahkan pembakaran kota Roma yang tentu saja memakan banyak korban dari kalangan rakyatnya sendirio. Dia mengalami semacam kepuasan dengan pembunuhan itu. Sama seperti Hitler, dia mengingkan kematian orang lain demi memuaskan hasrat nekrofilisnya yang dilandasi narsisisme. Sikap puas merasa dirinya berkuasa saat melihat mayat-mayat akibat perbuatanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun